Mei 27, 2013

Kelenteng Fuk Tet Che, Belitung

Trip saya ke Belitung adalah dalam rangka tour wisata religi. Walaupun juga mengunjungi kawasan wisata, sebagian besar tujuan dari trip ini adalah mengunjungi tempat ibadah, khususnya tempat ibadah bagi umat Buddha dan Kong Hu Cu. Salah satu tempat ibadah yang menjadi tujuan kami adalah Kelenteng Fuk Tet Che.


Kelenteng Fuk Tet Che terletak di Desa Kebon Baru, Gantung, Belitung Timur. Pada dinding, tertulis bahwa Kelenteng ini diresmikan oleh camat Gantung pada 12 Juli 1981, dan pernah mengalami pemugaran dan diresmikan kembali pada 24 Januari 1987 oleh Bupati Kepala Daerah Tk. II Belitung. Jika tahun diresmikannya Kelenteng untuk pertama kalinya adalah sama dengan tahun dibangunnya Kelenteng, maka Kelenteng ini akan berusia 32 tahun pada bulan Juli mendatang.



Kelenteng Fuk Tet Che adalah salah satu kelenteng yang memusatkan pemujaan kepada Dewa Bumi (Hok Tek Ceng Sin/Tu Ti Pak Kung). Hal ini dapat dilihat pada altar utama pada Kelenteng ini dimana lukisan Dewa Bumi menggantung disana.


Layaknya Kelenteng lain, Kelenteng ini tidak hanya memiliki satu bagian ruangan saja. Pada bagian ruangan lain, dibelakang ruangan utama, terdapat 3 altar yang masing-masing memuja Dewa lainnya.


Pada setiap Kelenteng, terdapat sebuah gendang yang akan dipukul untuk menandakan tentang adanya umat yang sedang bersembahyang. Umumnya, gendang tersebut digantung atau diletakkan pada dudukan kayu yang tinggi, serta permukaan gendang yg akan dipukul berada pada posisi horizontal. Uniknya, pada Kelenteng Fuk Tet Che ini, gendang tidak digantung, melainkan diletakkan dibawah dengan sebuah dudukan yang terbuat dari kayu, dengan gendang berada pada posisi vertikal.


Kelenteng ini dapat dicapai dengan waktu satu setengah jam perjalanan dari Kota Tanjung Pandan.
Yang membuat Kelenteng ini (mungkin) terasa special adalah letaknya yang dekat dengan rumah Bp. Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Hanya berjalan kaki beberapa langkah dan sampai. Karena sebagian besar peserta tour ingin mengunjungi kediaman Bp. Ahok, maka kami juga menyempatkan waktu untuk singgah. Tulisan mengenai kunjungan kami ke rumah Bp. Ahok akan saya tulis pada tulisan berikutnya.

Mei 22, 2013

Where We Stay: Bangka Belitung: Penginapan Lux Melati

Selama di Belitung, kami menginap di Penginapan Lux Melati. Penginapan ini terletak di lokasi yang cukup strategis di pusat ibukota Kabupaten Belitung. Dari penginapan ini, cukup berjalan kaki sebentar dan kita akan tiba di Tugu Batu Satam yang berdiri tepat ditengah Kota Tanjung Pandan.


Sepenglihatan saya, sepertinya penginapan ini masih baru. Ruko-ruko disamping penginapan yang memang terletak di ruko ini masih banyak yang belum terisi. Mungkin karena masih baru (pada kunjungan saya pada akhir September 2012), penginapan ini cukup bersih dan nyaman.





Fasilitas:

  • Air-con
  • Televisi
  • Private Bathroom
  • Hot and cold shower


Review:

  • Penginapan masih baru, cukup bersih dan nyaman.
  • Staf penginapan ramah.
  • Lokasi cukup strategis, terletak dipinggir jalan raya dan cukup dekat dengan pusat kota.
  • View dari penginapan tidak menarik, karena berbatasan langsung dengan jalan raya.
  • Sebelum menginap, sebaiknya ditanyakan secara jelas terlebih dahulu tentang breakfast, apakah ada/tidak. Pengalaman saya, selama 5 hari 4 malam di penginapan ini kami hanya mendapat sarapan 1 kali saja. Untuk case saya, dari awal pihak penginapan memang mengatakan akan mengusahakan menyediakan sarapan. Untungnya, trip kali ini adalah tour, sehingga jika pihak penginapan tidak menyediakan sarapan, maka panitia tour yang menyedikan sarapan.


Penginapan Lux Melati
Ruko Melati
Jalan Melati No. 72
Tanjung Pandan
Belitung
Ph. +62719 24565

Mei 18, 2013

Culinary: Bangka Belitung


Ikan Lempah Kuning

Ikan Kembung Betelur












Lempah Darat (Sayur)
Mie Koba









Es Campur Ayong

Rusip + Lalap









Kopi dan Roti Panggang Tung Tau

Mei 14, 2013

Pantai Penyabong, Belitung

Pantai Penyabong, layaknya pantai-pantai lain di daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mempunyai ciri khas bebatuan granit yang tersebar diseluruh area pantai. Uniknya, bebatuan granit di pantai yang satu ini saling sambung menyambung satu sama lain, membentuk batu raksasa dan menjorok kelaut, sehingga pantai ini dinamakan dengan Pantai Penyabong.


Selain itu, pantai ini juga memiliki nama lain, yaitu Pantai Batu Lubang. Dinamakan demikian karena pantai ini terletak Dusun Batu Lubang, Desa Padang Kandis, Kecamatan Membalong, Belitung.


Belum banyak sentuhan pada pantai yang berjarak sekitar 58km dari Kota Tanjung Pandan ini. 10 menit terakhir perjalanan menuju pantai ini harus melewati jalanan tanah merah bercampur pasir, jalanan belum diaspal. Pun, pada saat kunjungan saya ke pantai ini pada akhir September 2012 yang lalu, hanya ada dua warung makanan yang didirikan dan dikelola oleh warga setempat. Pengunjung dapat dengan bebas masuk ke area pantai karena tidak ada tiket masuk yang diberlakukan di pantai ini.


Pasir putih, air biru, bebatuan granit yang khas, pandan laut, semuanya bersatu membuat pantai ini menjadi begitu indah. Pantai yang masih sepi pengunjung ini cocok bagi para pejalan yang ingin melepas lelah, duduk santai diatas batu sambil memandang birunya air laut.




Mei 07, 2013

Vihara Surga Neraka, Vihara Tertinggi di Kalimantan Barat

Julukan Kota Seribu Kuil memang cocok dilayangkan untuk Kota Singkawang. Kota yang berjarak sekitar 145 km dari Kota Pontianak ini memiliki banyak kuil yang tersebar di seluruh kotanya. Saya pernah menulis tentang Vihara Cikung: Ji Gong House of Help yang merupakan Vihara terbesar di Singkawang. Kali ini, saya memperkenalkan Vihara Surga Neraka, Vihara tertinggi di Kalimantan Barat yang terletak (juga) di Kota Singkawang.


Vihara yang terletak di daerah Sampalet, sekitar 12 km dari Kota Singkawang ini berada di punggung Gunung Passi. Maka tak heran jika Vihara ini merupakan Vihara tertinggi di Kalimantan Barat.
Karena berada di punggung gunung, maka jalan untuk menuju Vihara ini juga menanjak, layaknya menaiki sebuah gunung. Jalanan yang kanan kirinya adalah pepohonan ini hanya selebar satu buah mobil, jika berpapasan dengan kendaraan lain maka salah satu kendaraan harus mengalah dan menepi ke pinggir jalan.


Layaknya Kuil/Kelenteng lainnya, Vihara Surga Neraka juga memiliki beberapa bangunan didalam satu lingkungan, dimana umat yang bersembahyang di kelenteng harus mengetahui urutan bangunan tersebut agar dapat menancapkan hio/dupa sesuai dengan urutannya.


Jika di kelenteng lainnya para umat dapat memakai alas kaki atau melepaskan alas kaki sebelum masuk kedalam kelenteng, lain halnya dengan di Kelenteng Surga Neraka ini. Di Kelenteng ini, umat diharuskan untuk melewati (sekaligus membersihkan kaki) di anak tangga paling bawah yang diairi dengan air mengalir sebelum naik menuju bangunan paling tinggi di kelenteng ini. Ini merupakan salah satu keunikan dari kelenteng ini.


Bangunan paling tinggi di kelenteng ini memiliki design yang sangat indah. Pada sisi kanan dan kiri dinding semennya dihiasi pahatan naga yang sangat indah.


Selain itu, tata ruangan kelenteng ini juga sangat indah, plus, sangat terawat, bersih dan rapi.



Hal menarik lainnya dari kelenteng ini adalah karena letaknya yang tinggi, sehingga memungkinkan kita untuk melihat keindahan Kota Singkawang dari atas. Sayang, pocket camera saya kurang mumpuni untuk meng-capture keindahan tersebut.


Mungkin, kekurangan kamera poket saya ini merupakan pertanda bahwa Anda harus datang sendiri ke Kelenteng Surga Neraka ini untuk menyaksikan secara langsung keindahan disini :)