Agustus 08, 2012

Mudik Traveling: Batu Ampar

Bulan puasa akan segera berlalu, sotong pangkong, kuliner khas Pontianak, Kalimantan Barat, yang hanya dapat ditemui pada bulan puasa saja, juga akan segera hilang kembali dari peredaran, menanti bulan puasa tahun yang akan datang.

Kini, saatnya para perantau bersiap untuk mudik ke kampung halaman mereka masing-masing. Saya sendiri yang sudah lumayan lama tidak mudik juga tidak akan melewatkan kesempatan mudik, yang saya buat menjadi fun: mudik sambil traveling, dan kemudian menceritakan pengalaman mudik saya sekaligus mengenalkan kampung halaman saya melalui tulisan saya di blog ini, so,here we go :)

Saya lahir di Batu Ampar, sebuah desa yang terletak di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Ini penampakan Desa Batu Ampar dari kejauhan.

Batu Ampar dari kejauhan
Pada bulan Januari kemarin, saya berkesempatan untuk pulang mengunjungi Batu Ampar. Kangen, rasanya sudah begitu lama tidak pulang..
Dari Jakarta, seperti biasa saya menempuh 1 jam 10 menit perjalanan udara menuju Pontianak. Dari Pontianak kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat disusul dengan perjalanan laut.
Perjalanan darat dari Pontianak dilakukan menuju Desa Rasau Jaya, memakan waktu sekitar 1-2 jam. Lamanya perjalanan laut bergantung pada jenis alat transportasi yang digunakan, sekitar 2-5 jam, dari pelabuhan di Rasau Jaya langsung menuju ke Batu Ampar.


Untuk bisa sampai ke Batu Ampar memang memerlukan perjuangan lebih, perjalanan darat dihiasi oleh kondisi jalan yang buruk, bergelombang dan berlubang dimana-mana. Kondisi jalan sekarang, yang bergelombang dan berlubang memang sudah lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi dulu. Jalanan disana berdiri di atas lahan gambut dan rawan terendam banjir membuat sulitnya menjaga kondisi jalan.

Nah, perjalanan lautlah yang paling menyenangkan. Saya sangat menikmati laut, senang rasanya jika sedang berada di laut. Perjalanan dari Rasau Jaya ke Batu Ampar akan dipenuhi dengan pemandangan dari salah satu mata pencaharian penduduk disana, nelayan, mencari hasil laut.


Selain membangun bangunan berbentuk rumah untuk menjala ikan, selama perjalanan kita juga akan menjumpai banyak kapal nelayan yang digunakan untuk menangkap hasil laut. Saya berkesempatan membeli langsung ikan dari kapal nelayan. Keuntungan bagi kita jika membeli hasil laut langsung dari kapal nelayan adalah mendapatkan hasil laut yang masih segar dengan harga yang murah, keuntungan bagi nelayan adalah mereka dapat menjual hasil laut yang tidak memiliki nilai jual jika mereka jual ke pasar, karena untuk jenis-jenis ikan tertentu memang kurang diminati pasar sehingga sering hasil tangkapan nelayan menjadi tidak laku.


Selain kapal nelayan, layaknya daerah lain yang dikelilingi oleh perairan, maka di sepanjang perjalanan juga akan banyak ditemui kendaraan laut yang lalu lalang, mulai dari perahu, kapal air, speed boat, dan kendaraan laut lainnya yang digunakan sebagai sarana transportasi disana.


Ok, saya selalu kalap jika sudah membicarakan laut, mari sekarang kita beralih ke hal lain.
Selain memanfaatkan hasil laut, mata pencaharian lain dari mayoritas penduduk disana adalah bercocok tanam. Kali ini saya benar-benar all out. Dulu ketika masih tinggal disana, saya lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, selain tentunya sekolah. Sekarang ketika saya tinggal di daerah lain dan memulai traveling, saya menjadi sangat excited ketika pada akhirnya saya bisa kembali merasakan hidup di desa, jadi mari memanen pare *eh :D


Oh my God, saking excitednya, saya sampai lupa mengenalkan Batu Ampar!! :D
Ini penampakan Batu Ampar yang pertama kali Anda lihat ketika sampai, sekelilingnya air :)


Berbicara masalah transportasi di Batu Ampar, karena dikelilingi lautan, maka alat transportasi yang utama adalah alat transportasi laut, seperti sampan, kapal air dan speed boat.
Tidak ada bandara di Batu Ampar. Yang ada hanyalah landasan untuk helikopter yang berada di kantor Kepolisian Daerah. Konon, menurut cerita, ada sebuah landasan pesawat di salah satu bagian pada gunung di Batu Ampar. Saya sendiri belum pernah naik ke bagian gunung yang katanya memiliki landasan pesawat tersebut.
Tentang alat transportasi darat, tidak ada kendaraan bermotor beroda empat atau lebih disini. Alat transportasi darat yang digunakan disini hanya berupa sepeda dan sepeda motor. Dahulu masih ada becak yang bisa ditemui, tetapi jaman sekarang becak sudah digantikan oleh para tukang ojek yang mangkal di tempat yang sama dengan tempat mangkalnya becak dulu.
Berikut potret kondisi jalan disana.


Berbicara masalah air, tidak ada layanan air dari PAM disana, masyarakat masih menggunakan air yang dialirkan langsung dari gunung untuk keperluan air minum dan kebutuhan sehari-hari.
Walaupun dari gambar-gambar di atas terlihat warna air laut yang kecoklatan, tetapi air gunung yang mengalir sangat jernih dan bersih. Belum ada daerah lain yang saya kunjungi yang memiliki air sejernih di Batu Ampar. Dinginnya air akan membuat kita betah berada lama di kamar mandi untuk menikmati segarnya air disana :)

Berajak ke kuliner, setelah pada tulisan saya sebelumnya saya berbicara tentang pisang asap yang menjadi kuliner khas Batu Ampar, kali ini saya ingin mengenalkan kekayaan hasil laut Batu Ampar. Siapa yang tidak tergiur dengan kepiting ini?? Anda bisa mendapatkan hasil laut yang masih segar dengan harga murah disana :)



Note. saya sudah pernah menulis tentang Batu Ampar pada saat pertama saya memulai blog ini, tulisannya bisa dibaca di: http://wesajelajahindonesia.blogspot.com/2011/09/my-hometown.html

Salah satu alasan yang membuat saya kembali menulis tentang Batu Ampar adalah karena belakangan ini nama Batu Ampar sedang naik daun.
Yang naik daun memang bukan Batu Ampar-nya Kalimantan Barat, melainkan Batu Ampar-nya Bali (saya juga baru tahu kalau Bali juga punya Batu Ampar, sebelumnya saya hanya tahu bahwa selain di Kalimantan Barat, ada 3 Batu Ampar lainnya, selengkapnya dapat dibaca pada tulisan saya tentang Batu Ampar sebelumnya), dan ini memberikan saya peluang untuk mengenalkan Batu Ampar-nya Kalimantan Barat.

Last, Seperti Pantai Kuta, yang tidak hanya ada di Bali, tetapi juga ada di Lombok.
Sama halnya dengan Batu Ampar, yang tidak hanya ada di Bali, tetapi juga ada di Kalimantan Barat.
Jadi tunggu apa lagi, segera packing, eksplor Batu Ampar lainnya dan ceritakan keindahannya kepada dunia!