Desember 17, 2012

Danau Buyan, Bali

Selain terkenal dengan keindahan pantainya yang menjadi tempat para turis untuk melakukan aktivitas sun-bathing, Bali juga mempunyai daerah sejuk yang juga ramai dikunjungi oleh para wisatawan dalam dan luar negeri. Nama daerah itu adalah Bedugul, dataran tinggi di Pulau Bali yang terletak diketinggian sekitar 1.500 mdpl. Bedugul pada hari ini telah menjadi salah satu daerah wisata yang sangat sayang untuk dilewatkan dalam perjalanan wisata Anda di Pulau Bali. Banyak sekali kawasan wisata yang menarik di daerah Bedugul, salah satunya adalah Danau Buyan.

Danau Buyan adalah sebuah danau yang terletak di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Danau seluas 301.84 Ha ini merupakan satu dari tiga danau kembar yang terbentuk di dalam sebuah kaldera besar. Danau Buyan diapit oleh kedua danau lainnya, yakni Danau Tamblingan di sebelah barat dan Danau Beratan di sebelah timur.Kedalaman Danau Buyan sendiri diperkirakan sekitar 80 meter, dimana kedalaman danau ini pernah mencapai 140 meter sebelum terjadi pendangkalan dasar danau akibat erosi.



Danau Buyan telah ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 144/Kpts-II/1996 tanggal 4 April 1996. Danau Buyan berada di dalam kawasan hutan lindung, walaupun terdapat pemukiman penduduk di sekitar danau. Letak danau yang berada pada ketinggian sekitar 1.000 mdpl membuat udara di sekitar danau sejuk dan segar, dimanfaatkan oleh penduduk sekitar yang berprofesi sebagai petani untuk berbudidaya strawberry.


Selain dimanfaatkan untuk aktivitas bercocok tanam, juga sudah dilakukan aktivitas pariwisata di sekitar danau ini. Aktivitas pariwisata yang dilakukan misalnya memancing. Selain itu, jika hanya ingin berkeliling disekitar danau, banyak perahu yang disediakan dan bisa disewa. Perahu-perahu tersebut adalah perahu tanpa penggerak motor yang disebut pedahu, menjaga agar danau tetap alami.


Seperti layaknya area lain di Bali, di Danau Buyan juga terdapat sebuah pura yang letaknya persis berhadapan dengan danau. Sayang, pura tersebut tidak mendapatkan perawatan yang baik. Pura dalam keadaan terkunci ketika saya berkunjung kesana, terlihat rumput-rumput yang tumbuh dengan liarnya disekitar pura. Jika dirawat dengan baik, pura ini bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Danau Buyan.


Desember 13, 2012

Where We Stay: Bali: Melati Homestay

Day 3 - Melati Homestay

Letaknya yang dekat dengan Danau Beratan dan Danau Buyan dan harga yang bersahabat menjadikan kami memilih Melati Homestay sebagai tempat bermalam di Bedugul.


Melati Homestay terletak di Jalan Kebun Raya Bedugul, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, Bali. Melati Homestay memiliki sembilan (9) kamar dengan harga dan fasilitas yang sama, yakni Rp150.000,-/malam.


Pada saat Peak Season, seperti pada kunjungan kami kesana pada liburan Idul Fitri yang lalu, akan dikenakan surcharge sebesar Rp50.000,-/malam.


Fasilitas:

  • Private Bathroom
  • Cold water only
  • Television 14"
  • Breakfast



Berikut sarapan yang disediakan oleh Melati Homestay.


Review:

  • Homestay yang berdiri sejak tahun 2009 ini sangat terawat. Saya merasakan kenyamanan yang sama seperti pada saat saya menginap di Gede Homestay.
  • Kamar homestay sangat cozy, bersih dan wangi. Sampai dengan saat ini, kamar di Melati Homestay adalah kamar terwangi yang pernah saya kunjungi. Like it.
  • Letak homestay strategis, dekat dengan Danau Beratan dan Danau Buyan.
  • Tidak sulit menemukan letak homestay. Pada persimpangan yang memiliki Tugu Jagung ditengahnya, masuk ke jalan dengan gerbang bertuliskan Kebun Raya "Eka Karya" Bali, tidak jauh setelah masuk ke dalam jalan tersebut, akan ada plang bertuliskan Melati Homestay di sisi kanan jalan.


Melati Homestay
Jl. Kebun Raya Bedugul
Ph. +62368 2033058
Ph. +62813 3749 7999

*for more information, visit http://melatihomestay.baliklik.com/

Desember 06, 2012

Pura Besakih, Pura Terbesar di Pulau Bali

Pura Besakih adalah sebuah kompleks pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Indonesia. Pura terbesar di Pulau Bali ini merupakan pura pusat ibadah dari seluruh pura yang ada di Bali dan juga bagi umat Hindu di seluruh Indonesia.

Dari Kintamani, perjalanan kami memakan waktu sekitar satu jam dengan menggunakan sepeda motor. Untuk masuk ke dalam areal Pura Besakih, wisatawan lokal dikenakan tiket masuk sebesar Rp10.000,-/orang.

Keindahan Pura Besakih sudah dapat terlihat sejak berada di area parkir. Dari sana, kami sudah terpukau dengan keindahan yang tersaji didepan mata kami. Bagaimana tidak, sebuah pura berdiri kokoh di hadapan kami, dengan Gunung Agung menjadi latarnya, menambah keelokan pura.

Pura Besakih terletak di kaki Gunung Agung, di lereng barat daya dengan ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian mencapai 3142 mdpl, namun ketinggiannya berkurang menjadi 2.920 - 3.014 mdpl setelah meletus pada tahun 1963. Sejarah mencatat bahwa telah terjadi suatu keajaiban dimana Pura Besakih selamat dari letusan Gunung Agung tahun 1963 yang menewaskan lebih dari 1.000 jiwa tersebut. Aliran lava seakan menghindari pura, hanya berjarak beberapa meter dari pura, mengelilingi pura, menghancurkan desa-desa disekitarnya. Pada saat letusan tersebut terjadi, ribuan warga bali sedang mengadakan Upacara Eka Dasa Ludra di Pura Besakih, sebuah upacara yang rutin dilakukan setiap sepuluh tahun sekali.




Dari asal katanya, kata "besakih" berasal dari kata "basuki" yang berarti "selamat". Kata ini kemudian berkembang menjadi "basukir" dan "basukih", lalu menjadi "besakih".

Pura Besakih dipercaya sudah ada sejak awal abad ke-11, yaitu pada tahun 1007. Sesuai dengan namanya, fungsi umum Pura Besakih adalah sebagai tempat bagi umat Hindu untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan. Upacara tahunan di Pura ini dilaksanakan pada waktu Bhatara Turun Kabeh yang jatuh pada setiap purnama sasih kedasa, atau setiap sekitar bulan Oktober setiap tahunnya. Selain itu, di Pura ini juga dilakukan upacara Panca Wali Krama yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali dan upacara Eka Dasa Ludra yang dilakukan setiap seratus tahun sekali. Yang terakhir merupakan upacara terbesar, terakhir kali dilaksanakan pada tahun 1979.

Komplek Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat yaitu Pura Penataran Agung Besakih dan 18 Pura Pendamping yaitu 1 Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya. Pura Penataran Agung adalah Pura yang terbesar di kompleks Pura Besakih, terbanyak bangunan-bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat dari semua pura yang ada di komplek Pura Besakih. Di Pura Penataran Agung ini ada 3 arca atau candi utama yang merupakan manifestasi Tuhan yang dikenal dengan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur.

Bawalah kain pada saat hendak mengunjungi pura ini, terutama bagi yang menggunakan celana pendek. Jika tidak, Anda bisa menyewa/membeli kain di toko yang berjejer di jalan masuk ke pura. Biaya menyewa kain adalah Rp5.000,-/potong kain.

Selain itu, Anda akan disambut oleh beberapa penduduk setempat yang akan menawarkan jasa guide. Jika Anda ingin menggunakan jasa guide mereka, jangan lupa melakukan proses tawar-menawar terlebih dahulu, atau jika Anda ingin menjelajah sendiri, tolaklah secara halus tawaran jasa guide tersebut.

November 23, 2012

Where We Stay: Bali: Hotel Segara

Day 2 - Hotel Segara


Danau Batur adalah alasan kenapa kami menetapkan pilihan kami untuk menginap di Hotel Segara. Foto diatas adalah pemandangan yang bisa Anda lihat langsung dari hotel, saya ambil pada pagi hari ketika sedang menikmati sarapan pagi yang disediakan oleh pihak hotel.



Hotel Segara terletak di Kedisan - Kintamani - Bangli - Bali. Dari Candidasa, kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dengan menggunakan sepeda motor.


Mengingat Kintamani adalah daerah pegunungan dengan udaranya yang sejuk, standard room seharga Rp250.000,-/malam dengan fasilitas hot water menjadi pilihan kami.



Fasilitas:

  • Double/twin bedroom
  • Private bathroom
  • Hot and cold shower
  • Breakfast

Untuk sarapan, Anda dapat memilih roti bakar/pancake/nasi goreng dan tea/coffee.

Ps. Segera habiskan sarapan Anda ketika sarapan telah ada dihadapan Anda. Udara yang sangat dingin membuat makanan menjadi cepat dingin pula.


Review:

Pilihan kami untuk menginap di Hotel Segara adalah tepat. Hotel ini memiliki pemandangan yang sangat indah: Danau Batur. Terletak di kaki Gunung Batur, udara disini sangat sejuk dan segar, membuat kami betah berlama-lama menikmati cantiknya alam sekitar.

Wait a minute, ada harga yang harus dibayar untuk bisa menikmati seperti apa yang saya nikmati diatas. Kita diharuskan untuk melewati jalanan curam dan berbelok-belok yang dihiasi pasir dibeberapa ruas jalannya agar bisa mencapai hotel ini. Bagi masyarakat sekitar mungkin jalanan tersebut adalah biasa, tapi bagi saya jalanan tersebut adalah tidak biasa, apalagi ketika melewati jalan tersebut, sering berpapasan dengan truk-truk pengangkut pasir yang lalu lalang disana. Selain itu, kurangnya penerangan jalan membuat jalan tersebut menjadi gelap pada malam hari. Tetapi jangan khawatir, semuanya akan terbayar sesaat setelah Anda menginjakkan kaki di hotel ini.


Hotel Segara
Kedisan - Kintamani - Bangli - Bali
Ph. +62366 51136
Fax. +62366 51212
e-mail: hotelsegara@hotmail.com

*for more information, visit http://www.batur-segarahotel.com/

November 12, 2012

Rafting di Sungai Telaga Waja, Bali

Setelah melewati petak-petak sawah yang terbentang disepanjang jalan setapak yang kami lalui, akhirnya kami sampai juga di tepi Sungai Telaga Waja, disana, terlihat beberapa perahu karet yang telah disediakan untuk kegiatan rafting. Ya, pada hari itu, kami bersiap untuk memacu adrenalin kami dengan arung jeram di Sungai Telaga Waja.


Ini adalah pengalaman pertama kami rafting di Pulau Bali. Sebelumnya, kami sudah pernah rafting di Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat. Pada awalnya kami sempat bingung untuk menentukan pilihan, antara rafting di Sungai Ayung atau di Sungai Telaga Waja. Setelah membaca beberapa referensi, akhirnya kami memutuskan untuk rafting di Sungai Telaga Waja.


Sungai Telaga Waja adalah sebuah sungai yang mengalir di Desa Muncan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, berhulu di kaki Gunung Agung. Sungai Telaga Waja merupakan sungai kedua terbesar di Bali setelah Sungai Ayung. Sungai Telaga Waja mempunyai air jernih dan dingin yang mengalir dengan arus yang cukup deras dan bebatuan yang terhampar sebagai rintangan, membuat sungai ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lintasan kegiatan arung jeram. Sungai ini juga memiliki banyak jeram grade empat yang lumayan ekstrim. Ditambah, terdapat beberapa bamboo bridge yang akan membuat adrenalin kita dipacu dengan lebih kencang lagi.

Kami telah melakukan reservasi untuk rafting activity di salah satu travel agent di Bali sebelum keberangkatan kami ke Bali. Dengan tarif Rp240.000,-/orang, paket rafting yang kami ambil sudah termasuk  asuransi, transportasi (antar-jemput dari dan ke hotel), welcome drink (kopi, teh, air mineral) dan buffet lunch.

Kami dipasangkan dengan dua orang turis asing dari negeri China. Dari seluruh peserta rafting hari itu, hanya kami berdua saja yang merupakan turis lokal, selebihnya adalah turis mancanegara. Tidak ada persiapan yang kami lakukan sebelum rafting, hanya sebuah waterproof camera bag untuk kamera digital saya (dua orang turis asing yang berasal dari negara Jepang menyiapkan mulai dari sepatu khusus, pakaian khusus, hingga kacamata khusus yang akan dipakai didalam kegiatan rafting ini!). Seluruh peserta rafting diharuskan melakukan registrasi terlebih dahulu, mengisi data yang diperlukan untuk proses asuransi.

Sebelum kegiatan rafting dilakukan, seperti biasa dilakukan briefing terlebih dahulu, mengenai dasar-dasar rafting, seperti cara memegang dayung. Selain itu, diinformasikan juga kepada para peserta rafting tentang medan yang akan kami tempuh, bagaimana cara menghadapi medan, serta penjelasan tentang instruksi-instruksi yang akan diberikan oleh guide. Beberapa instruksi utama adalah "Bamboo", agar kita membaringkan badan kita ke belakang agar tidak terbentur oleh bamboo bridge; "Boom Boom", berhenti mendayung dan memegang erat tali pada sisi samping perahu agar tidak terlempar keluar perahu; dan "Bamboo Boom Boom", berhenti mendayung, membaringkan badan kita kebelakang, dan memegang erat tali pada sisi samping perahu. Karena peserta rafting terdiri dari turis dari berbagai negara, maka briefing dilakukan dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.

Dan dimulailah kegiatan rafting kami. Rafting kali ini akan memakan waktu sekitar 2 jam dengan jarak tempuh 12 km. Arung Jeram kali ini benar sangat memacu adrenalin.


Serunya aktivitas rafting yang dipadu dengan indahnya alam sekitar membuat waktu terasa berlalu begitu cepat. Kami ternyata telah melalui setengah dari perjalanan kami ketika kami berhenti untuk beristirahat di sebuah air terjun yang terdapat ditepi sungai.


Didepan kami adalah sebuah bendungan setinggi 4 meter. Itulah alasan kenapa kami berhenti di air terjun ini. Menurut guide kami, bendungan tersebut terlalu berbahaya untuk kami lewati, sehingga kami diharuskan turun dari perahu, beristirahat dengan menikmati dinginnya air terjun, sementara itu, para guide menjatuhkan perahu dari atas bendungan.


Setelah beristirahat sejenak, rafting kembali dilanjutkan. Masih dengan jeram dan bamboo bridge yang harus kami lewati. Indah memang alam disekitar Sungai Telaga Waja, membuat kami terbuai dan lupa waktu. Tak terasa, kami akan segera memasuki finish line. Wait a minute, masih ada sebuah rintangan terakhir yang harus kami lewati agar kami bisa mencapai garis finish, rintangan tersebut adalah sebuah bendungan setinggi 4 meter dan akan dilalui dengan kami tetap berada di atas perahu! Hmm, terdengar sangat menarik!

Sebelum menuruni bendungan, perahu kami ditepikan oleh guide kami dan kami diarahkan tentang posisi yang tepat untuk menuruni bendungan tersebut. Setelah semua telah pada posisi yang tepat, perahu kami pun melaju mengikuti arus untuk menuruni bendungan tersebut. Dan, wow! It was so much fun!! :)) Sayang, tidak ada dokumentasi foto kami di jump point ini.


Sesampainya di garis finish, Anda tidak akan langsung melihat restoran yang menunggi Anda dengan sajian makanannya. Anda masih harus menaiki puluhan anak tangga untuk sampai di atas.


Setelah melewati anak tangga tersebut, kami disambut oleh beberapa orang yang membagikan handuk untuk kami pakai. Tersedia shower di luar ruangan dan beberapa kamar ganti untuk berganti pakaian sebelum menikmati hidangan santap siang yang telah disediakan di restoran. Catatan, buffet lunch dalam paket adalah food only, minuman dibeli secara terpisah.

Sebelum diantar kembali ke hotel, kami sempat berfoto bersama guide rafting dan sopir yang mengantar kami yang ternyata adalah ayah dan anak! :)


November 06, 2012

Wish List: Takabonerate Island Expedition IV 2012

Sumber: http://www.mymakassar.com

Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Misalnya saja, Indonesia memiliki 52 taman nasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu dari 52 taman nasional tersebut adalah Taman Nasional Takabonerate yang terletak di Laut Flores, Sulawesi Selatan.

Taman Nasional Takabonerate adalah taman laut yang memiliki kawasan atol terluas di Indonesia dan di Asia Tenggara, dan terluas ketiga di dunia setelah Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall dan Atol Suvadiva di Kepulauan Maladewa (Maldives). Taman Nasional Takabonerate terdiri dari 21 pulau-pulau kecil yang membentuk lingkaran. Lima belas pulau diantaranya dapat dilakukan kegiatan diving, snorkeling, dan wisata baharinya. Dari semua pulau di taman nasional ini, baru 6 pulau saja yang sudah berpenghuni, dengan total penduduk sebanyak 5.101 jiwa. Pulau-pulau yang telah berpenghuni tersebut adalah Pulau Latondu, Pulau Rajuni, Pulau Tarupa, Pulau Jinato, Pulau Pasi Tallu Tengah, dan Pulau Pasi Tallu Timur.

Sumber: http://id.wikipedia.org

Takabonerate ditetapkan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1992 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Terletak di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, taman nasional seluas 530.765 hektar ini memiliki atol seluas 220.000 hektar dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 kilometer persegi. Taman laut ini dipercaya memiliki beberapa keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Menurut data Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Taman Nasional Takabonerate merupakan habitat bagi 261 jenis terumbu karang dari 17 famili, seperti Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites cylindrica, Pavona clavus, dan Fungia concinna; 295 jenis ikan karang (36 famili, 115 genus) dan berbagai jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu (Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus spp.), napoleon wrasse (Cheilinus undulatus), dan baronang (Siganus sp.); 244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus), kerang kepala kambing (Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.), kima sisik (Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga (Nautilus pompillius); 9 spesies lamun atau rumput laut dari 6 genera atau 75% dari jumlah spesies yang ada di Indonesia yang mencapai 12 spesies (tercatat ada sebanyak 50 spesies lamun di seluruh dunia, hanya 20 negara di dunia yang ditumbuhi lamun, dan Indonesia adalah satu dari 15 negara yang memiliki jumlah lamun terbanyak); makro algae; kerang-kerangan; serta biota laut lainnya. Luasan habitat terbagi atas karang hidup seluas 10.029 hektar, karang mati seluas 8.559 hektar, lamun atau rumput laut seluas 19.748 hektar, paparan pasir seluas 20.381 hektar, pulau atau daratan seluas 437 hektar dan bungin atau sand dunes seluas 76 hektar. Sejak tahun 2005 silam, Taman Nasional Takabonerate telah dicalonkan ke UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) untuk menjadi situs warisan dunia.

Topografi kawasan ini sangat unik di mana atol terdiri dari gugusan pulau-pulau gusung dan rataan terumbu yang luas, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Di antara pulau-pulau terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam yang dikelilingi oleh terumbu karang, dimana pada saat air surut akan terlihat seperti daratan kering yang diselingi oleh genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.

Takabonerate adalah sebuah karya Tuhan yang luar biasa. Keindahan Takabonerate terukir dengan gugusan pulau-pulau kecil yang kaya akan terumbu karang dan beragam biota laut. Nilai keanekaragaman biota laut (grate) di taman laut ini mencapai 35 poin, berada di atas Taman Nasional Bunaken yang hanya mampu mencapai poin 27. Kawasan ini juga menjadi habitat bagi spesies satwa laut langka seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu lekang (Dermochelys coriacea). Selain itu, kita juga dapat secara langsung menyaksikan kehidupan Suku Bajo yang sesungguhnya, hidup terisolasi di pulau terpencil, menjadikan menangkap ikan sebagai mata pencaharian mereka yang telah ditekuni selama ribuan tahun secara turun menurun, serta tradisi hidup dan kebudayaan yang mereka pertahankan. Sayang, gaung keindahan taman laut ini jarang terdengar karena kurangnya promosi dan letak geografis yang sulit dijangkau.

Untuk mencapai kawasan Taman Nasional Takabonerate yang terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, sekitar 300 kilometer dari kota Makassar tersebut, harus melalui Kota Benteng, Ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar. Terdapat dua cara untuk mencapai Benteng, yakni melalui perjalanan darat dengan bis atau dengan perjalanan udara menggunakan pesawat terbang.
Jika melalui perjalanan darat, perjalanan dimulai dari Terminal Mallengkeri, Makassar, menuju Pelabuhan Fery Bulukumba. Jarak yang ditempuh sekitar 153 kilometer dengan waktu tempuh 5 jam. Setelah sampai di Pelabuhan Fery Bulukumba, perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menyeberang ke Pelabuhan Fery Pamatata, Kabupaten Kepulauan Selayar, dengan menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dari Pelabuhan Fery Pamatata kemudian perjalanan dilanjutkan kembali dengan perjalanan darat ke Kota Benteng dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Sementara jika menggunakan jasa transportasi udara, menggunakan penerbangan perintis dengan pesawat Casa dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, menuju Bandara Haji Aroepala, Benteng.
Setelah sampai di Benteng, perjalanan masih harus dilanjutkan dengan perjalanan laut menuju Pulau Rajuni Kecil, pulau terdekat di kawasan Taman Nasional Takabonerate. Perjalanan laut ini menggunakan kapal kayu, membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan.

Gambaran transportasi diatas memperlihatkan bagaimana akses untuk menuju Taman Nasional Takabonerate tidak semudah dan sedekat akses menuju Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi. Oleh karena itu, guna memajukan potensi pariwisata Takabonerate maka oleh pemerintah daerah setempat diadakanlah sebuah kegiatan yang dinamakan Ekspedisi Takabonerate. Kegiatan yang pertama kali dihelat pada tanggal 26 sampai dengan 29 November 2009 ini merupakan kegiatan unggulan wisata bahari provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan Ekspedisi Takabonerate yang penyelenggaraannya terletak di Taman Nasional Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar ini diusahakan untuk menjadi event tahunan daerah tersebut, dirangkaikan dengan peringatan hari jadi Kepulauan Selayar.

Sumber: http://budpar.kepulauanselayarkab.go.id

Pada tahun 2012 ini, Ekspedisi Takabonerate direncanakan akan dimulai pada 16 sampai dengan 18 November 2012, dengan tema “Exploring Islands for Preservation of Coral Reef”, sesuai dengan tujuan awal penetapan Takabonerate sebagai sebuah taman nasional, yakni melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata dan rekreasi.


Sumber: http://blog.selayaronline.com
Ekspedisi Takabonerate IV 2012 ini akan dilakukan dengan mengadakan pelayaran maritim dari Bali, Takabonerate dan Kepulauan Spermonde. Tak ketinggalan, sejumlah kapal dari Darwin, Australia, kabarnya juga akan melakukan pelayaran ke Takabonerate. Agenda dari Ekspedisi Takabonerate IV 2012 adalah International Fishing Tournament (13-15 Oktober 2012), Fun Dive (19-20 November 2012), Photography Competitions – Underwater Photography & Tourism Object Photography (19-20 November 2012), Fam Tour (19-20 November 2012), Lomba penulisan blog (19-21 November 2012), Parade Joloro Hias (19 November 2012), Pagelaran Seni Budaya (16-19 November 2012), dan Bakti Lingkungan Hidup (16-18 November 2012). Ekspedisi Takabonerate IV 2012 ini akan menjadi penutup Visit South Sulawesi 2012.


Sumber: http://www.sulsel.go.id




Ekspedisi Takabonerate diharapkan dapat menjadi gaung bagi keindahan taman nasional ini, sehingga dapat menaikkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Takabonerate dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan makna penting pelestarian sumber daya alam hayati, terutama terumbu karang.



November 01, 2012

Where We Stay: Bali: Puri Oka Beach Bungalows

Day 1 - Puri Oka Beach Bungalows

Memutuskan untuk bermalam di daerah Candidasa, kami memilih Puri Oka Beach Bungalows sebagai tempat kami menginap. Sebelumnya, kami telah melakukan reservasi terlebih dahulu, mengingat trip kami dilakukan pada saat peak season.


Room yang kami pilih adalah room dengan tarif paling rendah, yakni Standard Cold Water Room, dengan tarif Rp250.000,-/night.


Fasilitas:

  • Cold water
  • Fan
  • Private bathroom with bathtub
  • Garden view terrace


Review:

  • Letak bungalow berada terlalu jauh di dalam gang kecil, jalanan (gang) menuju bungalow juga gelap pada malam hari karena tidak ada penerangan yang cukup.
  • Kondisi kamar cukup bersih, tetapi saya pribadi, mungkin karena tidak terbiasa, merasa kurang nyaman dengan pintu yang digunakan. Pintu kamar yang digunakan adalah pintu model kuno, kunci dengan menggunakan kayu untuk memalang dari sisi pintu yang satu ke sisi pintu lainnya, tanpa kunci seperti pada pintu-pintu jaman sekarang. Selain itu juga pintu tidak bisa tertutup secara rapat, terdapat celah di tengah, diantara pintu sebelah kiri dan pintu sebelah kanan.
  • Hal-hal kecil seperti colokan listrik juga seharusnya menjadi perhatian pihak pengelola bungalow. Saya sempat kesulitan mencari colokan di dalam kamar. Beberapa hotel memang menempatkan colokan listrik di belakang tempat tidur. Saya mencari colokan keseluruh penjuru kamar termasuk melongo beberapa kali ke belakang tempat tidur dan tetap tidak menemukan colokan listrik. Akhirnya saya bertanya ke resepsionis dan dia mengiyakan bahwa colokan listrik memang berada di belakang tempat tidur. Kembali ke kamar dan kembali memastikan dengan seksama, ternyata colokan listrik memang ada disana dengan keadaan kepala colokan yang seharusnya agak menonjol keluar (tidak rata dengan tembok) ternyata terlepas sehingga hanya tinggal lubang colokan saya. Wajar rasanya jika saya kesulitan mencari colokan tersebut.
  • Nilai plus untuk bungalow ini karena memberikan pemandangan alam yang indah di belakang bungalow. Seperti pada saat saya menginap di Gede Homestay di Lovina, saya sangat menikmati sarapan pagi dengan pemandangan pantai yang sangat indah. Anda juga bisa sunbathing dengan menggunakan kursi santai yang telah disediakan.



Di bagian belakang bungalow juga terdapat kolam renang. Kami lupa menanyakan apakah kolam renang tersebut bebas dipakai oleh semua pengunjung yang menginap, atau hanya hanya oleh pengunjung yang menginap di room tertentu saja -_-*


Daftar menu breakfast di Puri Oka Beach Bungalows:


Saya memilih menu yang sedikit tidak familiar bagi saya:


Kami juga senang dengan set teko teh dan tempat gulanya, karena menurut kamicukup unik. Bagi yang ingin memiliki set teko teh dan tempat gulanya, kami sempat melihatnya dipajang di toko souvenir di depan bungalow.


Puri Oka Beach Bungalows
Jl. Puri Bagus, Candidasa, Bali
Ph. +62363 41092
Fax. +62363 42148
E-mail: info@purioka.com

*for more inormation, visit http://www.purioka.com/

Oktober 30, 2012

Itinerary: Bali Trip

We just never get bored with Bali, right?!
Bali memiliki banyak sekali tempat wisata yang tidak akan bisa habis di eksplor. Inilah alasan kami tidak menolak kesempatan untuk kembali mengunjungi pulau yang terkenal dengan nama Pulau Dewata ini.


Lalu, kesempatan itupun datang. Sebuah newsletter masuk ke e-mail kami. Salah satu perusahaan penerbangan akan segera melangsungkan promo! Segera, kami membuka kalender kerja kami untuk menyesuaikannya dengan jadwal trip. Akhirnya, kami membeli tiket pesawat promo untuk penerbangan yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri 2012.


Maka, 6 hari 5 malam adalah lamanya trip yang akan kami lakukan kali ini. Seperti biasa, kami menyusun itinerary, sebagai berikut.



Day 1
Flight dari Soekarno Hatta International Airport menuju Ngurah Rai Internasional Airport, Denpasar.
Sesampainya di Bali, kami berencana untuk langsung melanjutkan perjalanan kami menuju Candidasa, melewati Sanur. Kami telah melakukan perjanjian sewa-menyewa motor sejak dari Jakarta. Kami akan melakukan transaksi tersebut langsung di Bandara Ngurah Rai, Denpasar.

Day 2
Sepeda motor sewaan kami akan kami tinggalkan sementar di Candidasa. Hari ini kami berencana melakukan rafting di Sungai Telagawaja. Kami akan dijemput dengan kendaraan operasional yang telah disediakan oleh pihak penyelenggara rafting. Sepulangnya dari rafting kami akan melanjutkan perjalanan menuju Kintamani.

Day 3
Bermalam di Kintamani, kami berniat untuk mengunjungi Danau Batur dan Pura Besakih pada hari ini, dan setelah itu melanjutkan perjalanan menuju Bedugul.

Day 4
Kami berencana untuk mengunjungi Gitgit Waterfall dan Danau Beratan pada hari ke-4 kami di Bali. Selanjutnya kami akan melanjutkan perjalanan menuju Ubud untuk menikmati suasana di Ubud.
Tetapi pada akhirnya, pada hari ke-4 ini kami memang bermalam di Ubud, tetapi tidak bisa menikmati Ubud, karena kami diharuskan untuk melakukan perjalanan Ubud - Kuta - Ubud agar kupon Kuta Theater yang telah kami beli sebelumnya tidak hangus.

Day 5
Di Ubud, kami akan mengunjungi kawasan wisata Goa Gajah dan setelah itu langsung kembali ke Kuta untuk bersiap-siap mengikuti makan malam di Sea Safari Cruise.

Day 6
Hari terakhir kami gunakan untuk berjalan-jalan di sekitar Kuta sambil berbelanja oleh-oleh. Tentu Pantai Kuta adalah salah satu must-visit setiap kali berkunjung ke Bali.
Dan, inilah hari terakhir kami di Bali. Kami harus segera kembali ke Jakarta.

Oktober 16, 2012

Vihara Cikung: Ji Gong House of Help, Vihara Terbesar di Singkawang, Kalimantan Barat

Singkawang memang pantas dijuluki sebagai Kota Seribu Kuil. Kota yang dihuni oleh mayoritas etnis Tionghoa itu memang dihiasi oleh banyak kuil yang tersebar diseluruh penjuru kotanya. Salah satu dari sekian banyak kuil tersebut adalah Vihara Cikung (Ji Gong House of Hep).


Vihara Cikung (Ji Gong House of Help) terletak di Jalan Sagatani (Sin Nam, dalam bahasa setempat), Kelurahan Sijangkung, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Bangunan Vihara yang terdiri dari 3 lantai ini didirikan diatas lahan seluas 500 m2, menjadikan Vihara ini sebagai Vihara terbesar di Singkawang.


Di setiap lantai Vihara ini terdapat berbagai patung Buddha yang berbeda ukurannya. Pada lantai 2, terdapat sebuah patung Sun Go Kong (Kera Sakti) yang diapit oleh 2 patung naga disisi kanan dan kirinya. Ketiga patung tersebut dapat dilihat dari luar Vihara.


Pada halaman depan Vihara juga terdapat sebuah bangunan dua lantai berbentuk seperti sebuah paviliun yang pada lantai duanya dihiasi oleh beberapa patung Buddha juga. Sayang, ketika saya berkunjung kesana saya tidak bisa naik ke atas karena pintu besi di pertengahan tangga dikunci.


Di dalam kompleks Vihara ini terdapat Yayasan Panti Werdha Sinar Abadi, merupakan sebuah panti khusus yang dibangun untuk melayani, merawat para lansia. Baik Vihara Cikung dan Yayasan Panti Werdha Sinar Abadi berada dibawah naungan Yayasan Dharma Buddha Cikung.