Dari Kintamani, perjalanan kami memakan waktu sekitar satu jam dengan menggunakan sepeda motor. Untuk masuk ke dalam areal Pura Besakih, wisatawan lokal dikenakan tiket masuk sebesar Rp10.000,-/orang.
Keindahan Pura Besakih sudah dapat terlihat sejak berada di area parkir. Dari sana, kami sudah terpukau dengan keindahan yang tersaji didepan mata kami. Bagaimana tidak, sebuah pura berdiri kokoh di hadapan kami, dengan Gunung Agung menjadi latarnya, menambah keelokan pura.
Pura Besakih terletak di kaki Gunung Agung, di lereng barat daya dengan ketinggian sekitar 1000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Gunung Agung merupakan gunung tertinggi di Pulau Bali dengan ketinggian mencapai 3142 mdpl, namun ketinggiannya berkurang menjadi 2.920 - 3.014 mdpl setelah meletus pada tahun 1963. Sejarah mencatat bahwa telah terjadi suatu keajaiban dimana Pura Besakih selamat dari letusan Gunung Agung tahun 1963 yang menewaskan lebih dari 1.000 jiwa tersebut. Aliran lava seakan menghindari pura, hanya berjarak beberapa meter dari pura, mengelilingi pura, menghancurkan desa-desa disekitarnya. Pada saat letusan tersebut terjadi, ribuan warga bali sedang mengadakan Upacara Eka Dasa Ludra di Pura Besakih, sebuah upacara yang rutin dilakukan setiap sepuluh tahun sekali.
Dari asal katanya, kata "besakih" berasal dari kata "basuki" yang berarti "selamat". Kata ini kemudian berkembang menjadi "basukir" dan "basukih", lalu menjadi "besakih".
Pura Besakih dipercaya sudah ada sejak awal abad ke-11, yaitu pada tahun 1007. Sesuai dengan namanya, fungsi umum Pura Besakih adalah sebagai tempat bagi umat Hindu untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan. Upacara tahunan di Pura ini dilaksanakan pada waktu Bhatara Turun Kabeh yang jatuh pada setiap purnama sasih kedasa, atau setiap sekitar bulan Oktober setiap tahunnya. Selain itu, di Pura ini juga dilakukan upacara Panca Wali Krama yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali dan upacara Eka Dasa Ludra yang dilakukan setiap seratus tahun sekali. Yang terakhir merupakan upacara terbesar, terakhir kali dilaksanakan pada tahun 1979.
Bawalah kain pada saat hendak mengunjungi pura ini, terutama bagi yang menggunakan celana pendek. Jika tidak, Anda bisa menyewa/membeli kain di toko yang berjejer di jalan masuk ke pura. Biaya menyewa kain adalah Rp5.000,-/potong kain.
Selain itu, Anda akan disambut oleh beberapa penduduk setempat yang akan menawarkan jasa guide. Jika Anda ingin menggunakan jasa guide mereka, jangan lupa melakukan proses tawar-menawar terlebih dahulu, atau jika Anda ingin menjelajah sendiri, tolaklah secara halus tawaran jasa guide tersebut.
Tempat Ibadah agama Hindu PUra Agung
BalasHapus