Oktober 17, 2013

[EnjoyJakarta] Kaki Lima Night Market

Ada yang baru dari Jakarta!
Untuk pertama kalinya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengadakan Kaki Lima Night Market.


Pemberitaan di media-media tentang Kaki Lima Night Market telah menarik saya untuk mengunjungi festival kaki lima yang digadang oleh Pemprov DKI Jakarta ini. Bagaimana tidak, dikatakan bahwa ratusan pedagang akan berpartisipasi didalam pasar malam ini. Pedagang-pedagang tersebut menjual mulai dari pernak-pernik/souvenir khas Jakarta, pakaian, hingga kuliner!

Pertama kali digelar pada Sabtu, 05 Oktober 2013, saya dan teman-teman baru berkesempatan mengunjungi festival ini pada Sabtu, 12 Oktober 2013, pada kali kedua digelarnya acara ini. Acara ini memang hanya digelar pada setiap malam minggu.
Sebuah gerbang bertuliskan Kaki Lima Night Market menyambut kedatangan para pengunjung, disusul oleh sebuah panggung hiburan yang menyanyikan lagu dengan diiringi gamelan khas Betawi.


Tenda-tenda beratap putih berjejer rapi di kedua sisi Jalan Medan Merdeka Selatan yang merupakan tempat perhelatan Kaki Lima Night Market ini. Sisi kiri diisi oleh pedagang kuliner dan sisi kanan diisi oleh pedagang nonkuliner. Guna melaksanakan festival kaki lima ini, Jalan Medan Merdeka telah ditutup sejak pukul 11.00 WIB agar para pedagang dapat mempersiapkan dagangan mereka, sebelum acara ini dimulai pada pukul 17.00 WIB. Acara ini akan berlangsung sampai dengan pukul 23.00 WIB.


Saya dan teman-teman sampai di Lapangan IRTI Monas sesaat setelah adzan maghrib dikumandangkan. Kendaraan kami diparkir di lapangan tersebut. Lapangan IRTI Monas merupakan salah satu tempat parkir yang memang disediakan untuk menampung kendaraan masyarakat yang akan mengunjungi Kaki Lima Night Market ini. Selain lapangan ini, pengunjung juga bisa memarkirkan kendaraan mereka di Jalan Silang Merdeka Barat, Jalan Medan Merdeka Timur Daya, dan Stasiun Gambir.

Jalan Medan Merdeka Selatan terletak diseberang Lapangan IRTI Monas. Dari lapangan ini, keramaian sudah tampak. Deretan tenda-tenda para pedagang kaki lima beratap putih berjejer ditepi jalan dimeriahkan kelap-kelip lampu yang menghiasi pohon jalan. Menarik! Kamipun bergegas menyeberangi jalan menuju ke keramaian itu.


Pengunjung tampak antusias. Mereka mengunjungi satu tenda ke tenda lainnya, penasaran dengan apa yang ditawarkan oleh para pedagang disana. Saya pun demikian.
Berbagai macam barang bisa kita temukan di Kaki Lima Night Market ini, mulai dari dompet, tas, sepatu, baju, kain, lampu hias, sampai ke barang-barang yang berbau Jakarta, seperti miniatur ondel-ondel (boneka khas Betawi) serta Monas (Monumen Nasional) dalam bentuk jam dan tempelan magnet kulkas.


Berbagai macam makanan juga tersedia disini. Dari makanan khas Jakarta sampai dengan makanan khas daerah lain. Dari minuman serta makanan, sampai dengan kue jajanan pasar, semuanya ada disini.


Segala macam barang dan makanan yang ditemukan di Kaki Lima Night Market memang disesuaikan dengan tujuan digelarnya festival tersebut, yaitu memberikan ruang bagi usaha-usaha kecil milik rakyat agar lebih dikenal oleh masyarakat. Selain itu, festival ini juga adalah semacam wisata belanja murah bagi para pengunjung. Pengunjung dapat membeli barang dengan harga miring tanpa perlu proses tawar-menawar terlebih dahulu. Semacam simbiosis mutualisme, menurut saya.
Untuk transaksi pembayaran, pengunjung disarankan untuk menggunakan uang elektronik, walaupun transaksi menggunakan uang tunai diperbolehkan. Setiap pedagang dibekali dengan mesin EDC. Uang elektronik yang bisa digunakan adalah BRIZZI dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan FLAZZ dari Bank Central Asia (BCA).


Menutup deretan tenda-tenda putih para pedagang, terdapat pula sebuah tenda ditengah yang juga merupakan sebuah panggung hiburan. Panggung hiburan yang satu ini menurut saya lebih menarik daripada panggung hiburan pembuka diawal, karena tidak hanya menyanyi, pengunjung juga dihibur dengan komedi yang menggunakan bahasa Betawi.


Menurut saya, festival kaki lima ini terbilang sukses. Festival ini dapat menjadi alternatif hiburan gratis bagi warga ibukota. Bagaimana tidak, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk, hanya cukup membayar biaya parkir kendaraan saja. Satu kekurangan festival ini menurut saya adalah karena festival ini digelar diruangan terbuka. Saya dan teman-teman terpaksa buru-buru meninggalkan area festival karena hujan turun, padahal kami belum puas berjalan-jalan disana.

Tips untuk calon pengunjung festival kaki lima ini, pelajari rekayasa lalu lintas pada hari diselenggarakannya festival ini. Penutupan Jalan Medan Merdeka Selatan mengakibatkan dialihkannya lalu lintas pada beberapa ruas jalan, baik bagi kendaraan pribadi, angkutan umum, maupun busway.

September 13, 2013

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung

Keindahan pantai ini tidak perlu diragukan lagi. Keindahan pantai ini telah membuat pantai ini dijadikan sebagai salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi, sebuah film karya anak bangsa yang sukses dipasaran dengan meraup jumlah penonton sebanyak lebih dari 3 juta orang. Berkat film tersebut, pantai yang bernama Tanjung Tinggi ini berhasil mencapai popularitasnya. Para wisatawan berbondong-bondong terbang menuju "Negeri Laskar Pelangi" untuk menyaksikan secara langsung keindahan alamnya.


Pantai Tanjung Tinggi berjarak sekitar 30 km dari Kota Tanjungpandan. Terletak di Kecamatan Sijuk, pantai ini dapat dicapai hanya dalam waktu sekitar 10 menit dari Kelenteng Sijuk.


Pantai yang oleh masyarakat lokal disebut dengan nama Pantai Bilik ini mempunyai ciri khas berupa bebatuan granit raksasa yang tersebar disepanjang pantai. Berhias pasir putih nan halus serta air biru yang jernih, pantai ini membuat para pengunjung tak kuasa untuk menahan diri untuk segera larut bersama air, bermain bersama keindahan alam.


Pada saat saya sedang berada dipantai ini, ada salah satu pengunjung yang membawa serta anjing peliharaannya untuk turut bermain air. Anjing tersebut sangat lucu, memiliki badan yang agak gemuk berkaki pendek dengan bulu yang agak panjang dan memakai pelampung. So cute! ©


Tidak perlu takut akan rasa lapar yang menyerang ketika sedang asyik bermain dipantai, karena terdapat beberapa warung yang menyediakan makanan dan minuman disana. Makanan-makanan yang dijual rata-rata berbahan utama seafood, misalnya gangan kepala ketarap, ikan bakar, kepiting rebus/saos tiram, cumi goreng/bakar/saos padang, udang goreng/rebus/saos tiram. Minuman yang dijual misalnya es kelapa, minuman khas di pantai, dan beberapa jenis minuman lainnya.


Tidak bisa berenang tetapi ingin bermain air? Jangan Khawatir! Dipantai ini juga tersedia penyewaan pelampung, baik untuk anak-anak maupun dewasa. Bawalah baju ganti jika memang berniat bermain air dipantai ini. Warung-warung penjual makanan disini juga menyediakan tempat untuk bilas dan berganti pakaian. Terdapat juga beberapa kursi ditepi pantai jika Anda hanya ingin duduk sambil menikmati keindahan pantai sambil diterpa oleh semilir angin yang berhembus.


Agustus 27, 2013

Kelenteng Hok Tek Che, Belitung

Selain Kelenteng Sijuk, masih terdapat sebuah kelenteng lainnya di Belitung yang ditetapkan menjadi benda cagar budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Parisiwata Pemerintah Kabupaten Belitung. Kelenteng tersebut adalah Kelenteng Hok Tek Che.


Kami sampai di kelenteng ini pada pukul 5.45 pm. Pintu kelenteng pada saat itu tampak tertutup. Kami menunggu beberapa saat sampai kemudian datanglah seorang pengurus kelenteng yang membukakan pintu kelenteng untuk kami.

Kelenteng Hok Tek Che juga dikenal dengan nama Pak Kung Miau. Kelenteng ini terletak di Jalan LetJend S. Parman (dahulu bernama Jalan Kelenteng), Tanjung Pandan, Belitung. Kelenteng yang dibangun pada tahun 1868 ini memiiki bangunan yang cukup unik menurut saya, berbeda dengan kelenteng lain pada umumnya.


Jika ditelisik dari namanya, kelenteng ini mempunyai nama yang sama dengan Kelenteng Fuk Tet Che. Pada kedua kelenteng ini sama-sama tertulis nama yang sama dalam Bahasa Mandarin: 福德祠, pelafalannya adalah Fú Dé Cí (dimana di kedua kelenteng tersebut tulisan tersebut memang ditulis terbalik dari yang saya tuliskan disini, mengingat tulisan dalam Bahasa Mandarin dibaca dari kanan ke kiri).


Rasa penasaran membuat saya menelusuri lebih jauh lagi tentang nama-nama kelenteng di Pulau Belitung ini. Saya menemukan bahwa terdapat kelenteng lainnya yang ternyata juga memiliki nama yang sama, hanya kelenteng tersebut lebih terkenal dengan nama lainnya, misalnya Vihara Dharma Suci Belitung. Temuan saya lainnya adalah bahwa semua kelenteng dengan nama Fú Dé Cí memusatkan pemujaan kepada Dewa Bumi (Hok Tek Ceng Sin/Tu Ti Pak Kung).


Agustus 14, 2013

Kelenteng Sijuk, Kelenteng Tertua di Sijuk, Belitung

Kelenteng Sijuk terletak di Jalan Raya Sijuk, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Indonesia. Di kelenteng ini, pengunjung akan disambut oleh papan dari Dinas Kebudayaan dan Parisiwata Pemerintah Kabupaten Belitung yang bertuliskan tentang penetapan Kelenteng Sijuk sebagai benda cagar budaya.


Bangunan kelenteng ini termasuk sederhana, bangunan utama kelentengpun termasuk kecil jika dibandingkan dengan kelenteng lainnya. Tak disangka, kelenteng ini telah berdiri sejak tahun 1815, menjadikan kelenteng ini sebagai kelenteng tertua di Sijuk.


Kelenteng Sijuk adalah kelenteng yang memusatkan pemujaan kepada Dewa Bumi (Hok Tek Ceng Sin/Tu Ti Pak Kung). Selain kelenteng ini, kelenteng lainnya di Belitung yang juga memusatkan pemujaan kepada Dewa Bumi adalah Kelenteng Fuk Tet Che di Gantung, Belitung Timur, dan Vihara Dharma Suci di Manggar, Belitung Timur.


Agustus 02, 2013

Vihara Sun Go Kong, Belitung

Masih ingat dengan raja kera yang sakti dan nakal bernama Sun Go Kong yang akhirnya diangkat menjadi Dewa setelah berhasil dalam misinya menemani Pendeta Tong selama perjalanan ke barat untuk mengambil kitab suci? Journey to the West adalah film yang sangat populer pada zaman saya masih mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD) dulu. Di Pulau Belitung, tepatnya di Belitung Timur, berdiri sebuah Vihara yang memusatkan pemujaan kepada Dewa Kera Sun Go Kong.


Vihara ini terletak tidak jauh dari Vihara Buddhayana Burung Mandi yang populer. Hanya lima menit waktu yang diperlukan dari Vihara Burung Mandi untuk sampai di Vihara Sun Go Kong. Namun, nasib kedua Vihara ini sangat jauh berbeda. Terlebih, kedua Vihara ini kami kunjungi dalam waktu yang berdekatan, sehingga kesenjangan ini sangat terasa, Vihara Burung Mandi berdiri dengan indah dan kokohnya sedangkan Vihara Sun Go Kong dihiasi oleh cat yang telah memudar dan atap bangunan yang telah berlubang dibeberapa tempat.


Kabar baiknya adalah, menurut pengurus Vihara, Vihara ini akan dirobohkan untuk kemudian dibangun kembali setelah ulang tahun Vihara tahun 2012. Perayaan ulang tahun Vihara ini akan digelar pada 01 Oktober 2012, hanya 3 hari setelah kunjungan kami. Masih menurut sang pengurus, Vihara yang berdiri diatas lahan seluas 3ha ini dibangun dengan menggunakan dana sumbangan dari para donatur yang merasa telah dibantu oleh Sang Dewa Kera. Semoga Sang Dewa Kera selalu memberikan berkah dan pertolongan kepada umatnya. Amin.


Juli 22, 2013

[EnjoyJakarta] Kepulauan Seribu, Oasis Jakarta

Apa hal pertama yang terbersit dipikiran Anda ketika seseorang melontarkan kata Jakarta? Rata-rata orang akan berkata: macet. Transportasi di Jakarta yang carut-marut membuat tingkat stress individunya tinggi. Individu-individu tersebut juga harus berkutat dengan polusi udara dan polusi suara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, menambah kepenatan yang dirasakan mereka. Kondisi yang demikian menyebabkan banyak warga Jakarta yang melarikan diri disetiap akhir pekan. Sebagian besar memilih daerah Puncak di Bogor dan Bandung sebagai tempat pelarian mereka. Tapi tahukah Anda, Jakarta memiliki oasis yang indah yang bisa menjadi tempat pelarian yang sempurna untuk Anda?

Oasis Jakarta tersebut adalah Kepulauan Seribu. Terletak disebelah utara pantai Jakarta, Kepulauan Seribu dapat dicapai dari Muara Kamal atau Pelabuhan Ancol Marina. Terdiri dari 128 pulau kecil, beberapa pulaunya telah dilengkapi dengan fasilitas seperti cottage. Salah satu pulau tersebut adalah Pulau Bidadari. Pulau Bidadari adalah pulau dengan resort yang jaraknya paling dekat dengan Jakarta. Pulau ini hanya berjarak sekitar 15 km saja dari Jakarta. Dahulu, pulau ini sempat dinamakan Pulau Sakit, karena pada tahun 1679, VOC pernah mendirikan sebuah rumah sakit kusta disini.

Prasasti di Pulau Bidadari

Pulau dengan luas 7.5 ha ini menjadi pulau pilihan kami untuk bermalam. Cottage pilihan kami adalah cottage yang dibangun diantara pepohonan yang rindang dan langsung menghadap ke pantai. Kami menghabiskan waktu kami hanya dengan bersantai menikmati suasana pantai yang damai, menjernihkan pikiran yang keruh atas rutinitas yang kami jalani sehari-hari. Aktivitas pilihan kami sangat sederhana, duduk bercengkerama dan tertawa riang dengan para sahabat kami sambil menikmati buah kelapa segar. Aktivitas lainnya adalah bersepeda dan bermain bola pingpong. Menjelang sore, kami berjalan kesalah satu sudut pulau, menghabiskan waktu dengan berbasah-basahan bermain air ditepi pantai sambil menikmati matahari terbenam. Sayang, indahnya matahari terbenam di pulau ini tidak kami rekam dengan lensa kamera kami mengingat kami basah bermain air pada petang itu. Pada malam hari, kami menikmati semilir angin yang berhembus, bercengkerama sambil menikmati keindahan langit yang bertabur bintang pada malam itu. Cuaca pada saat itu memang bersahabat dengan kami.


Sang Tanduk Tujuh Belas di Pulau Bidadari

Aktivitas seru lainnya yang sayang untuk dilewatkan di Kepulauan Seribu adalah island hopping. Pengunjung bisa menyewa kapal yang banyak tertambat berjejer ditepi pantai. Dari Pulau Bidadari, kami melakukan island hopping ke tiga pulau lainnya, yakni Pulau Kelor, Pulau Onrust, dan Pulau Khayangan.

Pulau Kelor adalah pulau tujuan kami yang pertama. Di pulau ini berdiri sebuah benteng peninggalan Belanda yang konon dibangun VOC untuk menghadapi serangan Portugis di abad ke-17. Dari kejauhan tampak pulau kecil ini memiliki pasir yang sangat putih. Sayang, air sedang surut saat itu, sehingga kapal kami tidak bisa mendekat. Kami harus puas dengan hanya menikmati keindahan pulau ini dari atas kapal saja.

Benteng di Pulau Kelor

Kapal yang kami tumpangi terus bergerak menjauh dari Pulau Kelor secara perlahan. Kami menuju Pulau Onrust, salah satu pulau bersejarah di Kepulauan Seribu. Menurut prasasti yang ada di pulau ini, pada tahun 1615, Belanda membangun dermaga dan galangan kapal di pulau ini untuk memperbaiki kapal-kapal VOC. Menurut informasi yang terdapat di museum yang ada di pulau ini, pada tahun 1770, pulau ini pernah disinggahi oleh pelaut Inggris, Kapten James Cook, selama 8 hari untuk memperbaiki Endeavour, kapalnya. Pulau ini juga pernah dijadikan sebagai asrama haji pada tahun 1930-an. Sisa-sisa bangunan tempat karantina haji sebelum diberangkatkan ke Arab Saudi masih bisa dilihat dipulau ini.

Prasasti di Pulau Onrust

Sisa-sisa bangunan Barak Karantina Haji di Pulau Onrust

Save the best for the last. Mungkin ini adalah kalimat yang cocok untuk menggambarkan pulau ini bagi saya. Pulau terakhir yang kami kunjungi ini menjadi favorit saya. Bernama Pulau Cipir, atau lebih populer dengan nama Pulau Khayangan. Di pulau ini terdapat sebuah prasasti yang menyebutkan bahwa pada tahun 1668 pernah dibangun sebuah dermaga dan galangan kapal di pulau ini. Pada tahun 1679, sebuah rumah sakit juga dibangun disini. Masih ada sisa-sisa bangunan bersejarah tersebut yang bisa kita lihat di pulau ini. Dari pulau ini, pengunjung dapat berfoto dengan latar belakang laut dan Pulau Kelor yang indah. Inilah alasan kenapa saya menjadikan pulau ini sebagai pulau favorit saya :)

Prasasti di Pulau Cipir/Khayangan
Sisa-sisa bangunan di Pulau Khayangan

Spot foto dengan latar belakang laut dan Pulau Kelor

Keempat pulau ini hanyalah sebagian kecil dari pulau yang ada di Kepulauan Seribu. Masih banyak pulau lainnya yang wajib dikunjungi karena keindahannya sangat sayang untuk dilewatkan. Beberapa pulau diantaranya menawarkan keindahan surga bawah lautnya. Maka, tidak perlu beranjak dari Jakarta bukan untuk melarikan diri? Disalah satu sudut Kota Jakarta ini, Anda dapat merasakan Jakarta yang damai, Jakarta tanpa transportasi yang carut-marut, dan Jakarta yang bebas polusi udara dan polusi suara dari kendaraan bermotor. #EnjoyJakarta




Juli 19, 2013

Turnamen Foto Perjalanan Ronde 24: Sepeda

Postingan kali ini adalah foto yang saya submit untuk Turnamen Foto Perjalanan Ronde 24 dengan tema Sepeda yang dihost oleh Kak @mindoel.


Mau tahu lebih banyak tentang Turnamen Foto Perjalanan Ronde 24: Sepeda? Klik disini.

Abroad: Malaysia

Kuala Lumpur

Kuching, Sarawak

Malacca

Shah Alam, Selangor


Juli 15, 2013

Vihara Buddhayana Burung Mandi, Vihara Terbesar Di Belitung

Vihara yang sangat terkenal di Belitung ini bernama Vihara Burung Mandi. Dinamakan demikian karena Vihara ini terletak dilereng Gunung Burung Mandi, Desa Burung Mandi. Vihara yang menganut aliran Buddhayana ini merupakan Vihara terbesar di Belitung.



Vihara yang terletak Kabupaten Belitung Timur ini juga populer dengan nama Vihara Dewi Kwan Im. Vihara ini memang memusatkan pemujaan kepada Dewi Kwan Im, atau juga disebut dengan Bodhisatva Avalokitesvara. Sama halnya dengan Kelenteng Sun Li San yang juga memusatkan pemujaan kepada Dewi Kwan Im, diatas pintu masuk bangunan utama Vihara ini juga tertulis 观音堂 (Guān Yīn Táng).


Merupakan salah satu Vihara tertua di Belitung, konon, Vihara ini telah berdiri sejak dua setengah abad yang lalu, tepatnya pada tahun 1747. Pada dinding bangunan utama Vihara ini tertulis bahwa Vihara ini pernah mengalami pemugaran dan diresmikan pada 24 Januari 1987 oleh A. S. Kristyanto, Bupati Kepala Daerah Tk. II Belitung pada masa itu.



Letak Vihara yang berada pada ketinggian ini menyebabkan Vihara tidak hanya ramai dikunjungi oleh umat yang bersembahyang, tetapi juga ramai dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin menyaksikan keindahan Belitung dari atas. Dari atas Vihara, pengunjung bisa menyaksikan keindahan Pantai Burung Mandi dari kejauhan. Letak pantai ini memang berada tidak jauh dari Vihara ini.


Juli 11, 2013

Vihara Dharma Suci Belitung, Vihara Jawaranya Barongsai

Mobil yang membawa rombongan kami melintas dibawah sebuah gapura indah khas sebuah Kelenteng. Ya, kami memasuki areal sebuah Kelenteng di daerah Manggar, Belitung Timur. Turun dari mobil, saya kembali berjalan keluar Kelenteng untuk sekali lagi melihat dengan jelas gapura yang baru saja kami lalui itu. Gapura itu dihiasi patung dua ekor naga disisi kanan dan kiri gapura, dengan sebuah mestika ditengahnya. Gapura tersebut bertuliskan Vihara Dharma Suci, nama Vihara tersebut.



Vihara Dharma Suci, sama seperti Kelenteng Fuk Tet Che, adalah sebuah Vihara yang memusatkan pemujaan kepada Dewa Bumi (Hok Tek Ceng Sin/Tu Ti Pak Kung). Sebuah patung Dewa Bumi berada di altar utama Vihara ini.


Berada didalam Kelenteng, mata saya tertuju pada sekumpulan piala yang dipajang disalah satu sudut Vihara ini. Setelah saya perhatikan, seluruh piala tersebut adalah piala kemenangan dari festival barongsai. Mengertilah saya akan kegunaan tiang-tiang hijau bertutul hitam yang terdapat didepan Vihara ini. Ya, tiang-tiang tersebut digunakan untuk berlatih barongsai oleh Vihara yang telah banyak memenangkan kejuaraan dalam berbagai festival barongsai ini.



Saya menyukai Vihara ini, bangunannya indah, menurut saya. Ingin rasanya mengunjungi kembali Vihara ini pada saat mereka sedang melakukan latihan Barongsai.

Saya mendapati adanya sebuah sungai didepan Vihara ini. Berjalan kearah sungai, beberapa penduduk sekitar sedang bersiap untuk melaut. Mereka memproduksi sendiri es yang digunakan untuk keperluan melaut. Saya senang berkomunikasi sambil memperhatikan aktivitas mereka, terlebih, mereka ramah. :)