November 23, 2012

Where We Stay: Bali: Hotel Segara

Day 2 - Hotel Segara


Danau Batur adalah alasan kenapa kami menetapkan pilihan kami untuk menginap di Hotel Segara. Foto diatas adalah pemandangan yang bisa Anda lihat langsung dari hotel, saya ambil pada pagi hari ketika sedang menikmati sarapan pagi yang disediakan oleh pihak hotel.



Hotel Segara terletak di Kedisan - Kintamani - Bangli - Bali. Dari Candidasa, kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dengan menggunakan sepeda motor.


Mengingat Kintamani adalah daerah pegunungan dengan udaranya yang sejuk, standard room seharga Rp250.000,-/malam dengan fasilitas hot water menjadi pilihan kami.



Fasilitas:

  • Double/twin bedroom
  • Private bathroom
  • Hot and cold shower
  • Breakfast

Untuk sarapan, Anda dapat memilih roti bakar/pancake/nasi goreng dan tea/coffee.

Ps. Segera habiskan sarapan Anda ketika sarapan telah ada dihadapan Anda. Udara yang sangat dingin membuat makanan menjadi cepat dingin pula.


Review:

Pilihan kami untuk menginap di Hotel Segara adalah tepat. Hotel ini memiliki pemandangan yang sangat indah: Danau Batur. Terletak di kaki Gunung Batur, udara disini sangat sejuk dan segar, membuat kami betah berlama-lama menikmati cantiknya alam sekitar.

Wait a minute, ada harga yang harus dibayar untuk bisa menikmati seperti apa yang saya nikmati diatas. Kita diharuskan untuk melewati jalanan curam dan berbelok-belok yang dihiasi pasir dibeberapa ruas jalannya agar bisa mencapai hotel ini. Bagi masyarakat sekitar mungkin jalanan tersebut adalah biasa, tapi bagi saya jalanan tersebut adalah tidak biasa, apalagi ketika melewati jalan tersebut, sering berpapasan dengan truk-truk pengangkut pasir yang lalu lalang disana. Selain itu, kurangnya penerangan jalan membuat jalan tersebut menjadi gelap pada malam hari. Tetapi jangan khawatir, semuanya akan terbayar sesaat setelah Anda menginjakkan kaki di hotel ini.


Hotel Segara
Kedisan - Kintamani - Bangli - Bali
Ph. +62366 51136
Fax. +62366 51212
e-mail: hotelsegara@hotmail.com

*for more information, visit http://www.batur-segarahotel.com/

November 12, 2012

Rafting di Sungai Telaga Waja, Bali

Setelah melewati petak-petak sawah yang terbentang disepanjang jalan setapak yang kami lalui, akhirnya kami sampai juga di tepi Sungai Telaga Waja, disana, terlihat beberapa perahu karet yang telah disediakan untuk kegiatan rafting. Ya, pada hari itu, kami bersiap untuk memacu adrenalin kami dengan arung jeram di Sungai Telaga Waja.


Ini adalah pengalaman pertama kami rafting di Pulau Bali. Sebelumnya, kami sudah pernah rafting di Sungai Citarik, Sukabumi, Jawa Barat. Pada awalnya kami sempat bingung untuk menentukan pilihan, antara rafting di Sungai Ayung atau di Sungai Telaga Waja. Setelah membaca beberapa referensi, akhirnya kami memutuskan untuk rafting di Sungai Telaga Waja.


Sungai Telaga Waja adalah sebuah sungai yang mengalir di Desa Muncan, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, berhulu di kaki Gunung Agung. Sungai Telaga Waja merupakan sungai kedua terbesar di Bali setelah Sungai Ayung. Sungai Telaga Waja mempunyai air jernih dan dingin yang mengalir dengan arus yang cukup deras dan bebatuan yang terhampar sebagai rintangan, membuat sungai ini sangat cocok untuk dijadikan sebagai lintasan kegiatan arung jeram. Sungai ini juga memiliki banyak jeram grade empat yang lumayan ekstrim. Ditambah, terdapat beberapa bamboo bridge yang akan membuat adrenalin kita dipacu dengan lebih kencang lagi.

Kami telah melakukan reservasi untuk rafting activity di salah satu travel agent di Bali sebelum keberangkatan kami ke Bali. Dengan tarif Rp240.000,-/orang, paket rafting yang kami ambil sudah termasuk  asuransi, transportasi (antar-jemput dari dan ke hotel), welcome drink (kopi, teh, air mineral) dan buffet lunch.

Kami dipasangkan dengan dua orang turis asing dari negeri China. Dari seluruh peserta rafting hari itu, hanya kami berdua saja yang merupakan turis lokal, selebihnya adalah turis mancanegara. Tidak ada persiapan yang kami lakukan sebelum rafting, hanya sebuah waterproof camera bag untuk kamera digital saya (dua orang turis asing yang berasal dari negara Jepang menyiapkan mulai dari sepatu khusus, pakaian khusus, hingga kacamata khusus yang akan dipakai didalam kegiatan rafting ini!). Seluruh peserta rafting diharuskan melakukan registrasi terlebih dahulu, mengisi data yang diperlukan untuk proses asuransi.

Sebelum kegiatan rafting dilakukan, seperti biasa dilakukan briefing terlebih dahulu, mengenai dasar-dasar rafting, seperti cara memegang dayung. Selain itu, diinformasikan juga kepada para peserta rafting tentang medan yang akan kami tempuh, bagaimana cara menghadapi medan, serta penjelasan tentang instruksi-instruksi yang akan diberikan oleh guide. Beberapa instruksi utama adalah "Bamboo", agar kita membaringkan badan kita ke belakang agar tidak terbentur oleh bamboo bridge; "Boom Boom", berhenti mendayung dan memegang erat tali pada sisi samping perahu agar tidak terlempar keluar perahu; dan "Bamboo Boom Boom", berhenti mendayung, membaringkan badan kita kebelakang, dan memegang erat tali pada sisi samping perahu. Karena peserta rafting terdiri dari turis dari berbagai negara, maka briefing dilakukan dengan menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional.

Dan dimulailah kegiatan rafting kami. Rafting kali ini akan memakan waktu sekitar 2 jam dengan jarak tempuh 12 km. Arung Jeram kali ini benar sangat memacu adrenalin.


Serunya aktivitas rafting yang dipadu dengan indahnya alam sekitar membuat waktu terasa berlalu begitu cepat. Kami ternyata telah melalui setengah dari perjalanan kami ketika kami berhenti untuk beristirahat di sebuah air terjun yang terdapat ditepi sungai.


Didepan kami adalah sebuah bendungan setinggi 4 meter. Itulah alasan kenapa kami berhenti di air terjun ini. Menurut guide kami, bendungan tersebut terlalu berbahaya untuk kami lewati, sehingga kami diharuskan turun dari perahu, beristirahat dengan menikmati dinginnya air terjun, sementara itu, para guide menjatuhkan perahu dari atas bendungan.


Setelah beristirahat sejenak, rafting kembali dilanjutkan. Masih dengan jeram dan bamboo bridge yang harus kami lewati. Indah memang alam disekitar Sungai Telaga Waja, membuat kami terbuai dan lupa waktu. Tak terasa, kami akan segera memasuki finish line. Wait a minute, masih ada sebuah rintangan terakhir yang harus kami lewati agar kami bisa mencapai garis finish, rintangan tersebut adalah sebuah bendungan setinggi 4 meter dan akan dilalui dengan kami tetap berada di atas perahu! Hmm, terdengar sangat menarik!

Sebelum menuruni bendungan, perahu kami ditepikan oleh guide kami dan kami diarahkan tentang posisi yang tepat untuk menuruni bendungan tersebut. Setelah semua telah pada posisi yang tepat, perahu kami pun melaju mengikuti arus untuk menuruni bendungan tersebut. Dan, wow! It was so much fun!! :)) Sayang, tidak ada dokumentasi foto kami di jump point ini.


Sesampainya di garis finish, Anda tidak akan langsung melihat restoran yang menunggi Anda dengan sajian makanannya. Anda masih harus menaiki puluhan anak tangga untuk sampai di atas.


Setelah melewati anak tangga tersebut, kami disambut oleh beberapa orang yang membagikan handuk untuk kami pakai. Tersedia shower di luar ruangan dan beberapa kamar ganti untuk berganti pakaian sebelum menikmati hidangan santap siang yang telah disediakan di restoran. Catatan, buffet lunch dalam paket adalah food only, minuman dibeli secara terpisah.

Sebelum diantar kembali ke hotel, kami sempat berfoto bersama guide rafting dan sopir yang mengantar kami yang ternyata adalah ayah dan anak! :)


November 06, 2012

Wish List: Takabonerate Island Expedition IV 2012

Sumber: http://www.mymakassar.com

Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam yang memiliki potensi pariwisata yang tinggi. Misalnya saja, Indonesia memiliki 52 taman nasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu dari 52 taman nasional tersebut adalah Taman Nasional Takabonerate yang terletak di Laut Flores, Sulawesi Selatan.

Taman Nasional Takabonerate adalah taman laut yang memiliki kawasan atol terluas di Indonesia dan di Asia Tenggara, dan terluas ketiga di dunia setelah Atol Kwajalein di Kepulauan Marshall dan Atol Suvadiva di Kepulauan Maladewa (Maldives). Taman Nasional Takabonerate terdiri dari 21 pulau-pulau kecil yang membentuk lingkaran. Lima belas pulau diantaranya dapat dilakukan kegiatan diving, snorkeling, dan wisata baharinya. Dari semua pulau di taman nasional ini, baru 6 pulau saja yang sudah berpenghuni, dengan total penduduk sebanyak 5.101 jiwa. Pulau-pulau yang telah berpenghuni tersebut adalah Pulau Latondu, Pulau Rajuni, Pulau Tarupa, Pulau Jinato, Pulau Pasi Tallu Tengah, dan Pulau Pasi Tallu Timur.

Sumber: http://id.wikipedia.org

Takabonerate ditetapkan sebagai taman nasional oleh Menteri Kehutanan pada tahun 1992 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 280/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Terletak di Kecamatan Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar, taman nasional seluas 530.765 hektar ini memiliki atol seluas 220.000 hektar dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 kilometer persegi. Taman laut ini dipercaya memiliki beberapa keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia. Menurut data Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, Taman Nasional Takabonerate merupakan habitat bagi 261 jenis terumbu karang dari 17 famili, seperti Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites cylindrica, Pavona clavus, dan Fungia concinna; 295 jenis ikan karang (36 famili, 115 genus) dan berbagai jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu (Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus spp.), napoleon wrasse (Cheilinus undulatus), dan baronang (Siganus sp.); 244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus), kerang kepala kambing (Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.), kima sisik (Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga (Nautilus pompillius); 9 spesies lamun atau rumput laut dari 6 genera atau 75% dari jumlah spesies yang ada di Indonesia yang mencapai 12 spesies (tercatat ada sebanyak 50 spesies lamun di seluruh dunia, hanya 20 negara di dunia yang ditumbuhi lamun, dan Indonesia adalah satu dari 15 negara yang memiliki jumlah lamun terbanyak); makro algae; kerang-kerangan; serta biota laut lainnya. Luasan habitat terbagi atas karang hidup seluas 10.029 hektar, karang mati seluas 8.559 hektar, lamun atau rumput laut seluas 19.748 hektar, paparan pasir seluas 20.381 hektar, pulau atau daratan seluas 437 hektar dan bungin atau sand dunes seluas 76 hektar. Sejak tahun 2005 silam, Taman Nasional Takabonerate telah dicalonkan ke UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) untuk menjadi situs warisan dunia.

Topografi kawasan ini sangat unik di mana atol terdiri dari gugusan pulau-pulau gusung dan rataan terumbu yang luas, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Di antara pulau-pulau terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam yang dikelilingi oleh terumbu karang, dimana pada saat air surut akan terlihat seperti daratan kering yang diselingi oleh genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.

Takabonerate adalah sebuah karya Tuhan yang luar biasa. Keindahan Takabonerate terukir dengan gugusan pulau-pulau kecil yang kaya akan terumbu karang dan beragam biota laut. Nilai keanekaragaman biota laut (grate) di taman laut ini mencapai 35 poin, berada di atas Taman Nasional Bunaken yang hanya mampu mencapai poin 27. Kawasan ini juga menjadi habitat bagi spesies satwa laut langka seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik (Eretmochelys imbricata) dan penyu lekang (Dermochelys coriacea). Selain itu, kita juga dapat secara langsung menyaksikan kehidupan Suku Bajo yang sesungguhnya, hidup terisolasi di pulau terpencil, menjadikan menangkap ikan sebagai mata pencaharian mereka yang telah ditekuni selama ribuan tahun secara turun menurun, serta tradisi hidup dan kebudayaan yang mereka pertahankan. Sayang, gaung keindahan taman laut ini jarang terdengar karena kurangnya promosi dan letak geografis yang sulit dijangkau.

Untuk mencapai kawasan Taman Nasional Takabonerate yang terletak di Kabupaten Kepulauan Selayar, sekitar 300 kilometer dari kota Makassar tersebut, harus melalui Kota Benteng, Ibukota Kabupaten Kepulauan Selayar. Terdapat dua cara untuk mencapai Benteng, yakni melalui perjalanan darat dengan bis atau dengan perjalanan udara menggunakan pesawat terbang.
Jika melalui perjalanan darat, perjalanan dimulai dari Terminal Mallengkeri, Makassar, menuju Pelabuhan Fery Bulukumba. Jarak yang ditempuh sekitar 153 kilometer dengan waktu tempuh 5 jam. Setelah sampai di Pelabuhan Fery Bulukumba, perjalanan kemudian dilanjutkan dengan menyeberang ke Pelabuhan Fery Pamatata, Kabupaten Kepulauan Selayar, dengan menggunakan kapal feri dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Dari Pelabuhan Fery Pamatata kemudian perjalanan dilanjutkan kembali dengan perjalanan darat ke Kota Benteng dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam.
Sementara jika menggunakan jasa transportasi udara, menggunakan penerbangan perintis dengan pesawat Casa dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, menuju Bandara Haji Aroepala, Benteng.
Setelah sampai di Benteng, perjalanan masih harus dilanjutkan dengan perjalanan laut menuju Pulau Rajuni Kecil, pulau terdekat di kawasan Taman Nasional Takabonerate. Perjalanan laut ini menggunakan kapal kayu, membutuhkan waktu sekitar 5 jam perjalanan.

Gambaran transportasi diatas memperlihatkan bagaimana akses untuk menuju Taman Nasional Takabonerate tidak semudah dan sedekat akses menuju Taman Nasional Bunaken dan Taman Nasional Kepulauan Wakatobi. Oleh karena itu, guna memajukan potensi pariwisata Takabonerate maka oleh pemerintah daerah setempat diadakanlah sebuah kegiatan yang dinamakan Ekspedisi Takabonerate. Kegiatan yang pertama kali dihelat pada tanggal 26 sampai dengan 29 November 2009 ini merupakan kegiatan unggulan wisata bahari provinsi Sulawesi Selatan. Kegiatan Ekspedisi Takabonerate yang penyelenggaraannya terletak di Taman Nasional Takabonerate, Kabupaten Kepulauan Selayar ini diusahakan untuk menjadi event tahunan daerah tersebut, dirangkaikan dengan peringatan hari jadi Kepulauan Selayar.

Sumber: http://budpar.kepulauanselayarkab.go.id

Pada tahun 2012 ini, Ekspedisi Takabonerate direncanakan akan dimulai pada 16 sampai dengan 18 November 2012, dengan tema “Exploring Islands for Preservation of Coral Reef”, sesuai dengan tujuan awal penetapan Takabonerate sebagai sebuah taman nasional, yakni melestarikan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, sehingga dapat dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata dan rekreasi.


Sumber: http://blog.selayaronline.com
Ekspedisi Takabonerate IV 2012 ini akan dilakukan dengan mengadakan pelayaran maritim dari Bali, Takabonerate dan Kepulauan Spermonde. Tak ketinggalan, sejumlah kapal dari Darwin, Australia, kabarnya juga akan melakukan pelayaran ke Takabonerate. Agenda dari Ekspedisi Takabonerate IV 2012 adalah International Fishing Tournament (13-15 Oktober 2012), Fun Dive (19-20 November 2012), Photography Competitions – Underwater Photography & Tourism Object Photography (19-20 November 2012), Fam Tour (19-20 November 2012), Lomba penulisan blog (19-21 November 2012), Parade Joloro Hias (19 November 2012), Pagelaran Seni Budaya (16-19 November 2012), dan Bakti Lingkungan Hidup (16-18 November 2012). Ekspedisi Takabonerate IV 2012 ini akan menjadi penutup Visit South Sulawesi 2012.


Sumber: http://www.sulsel.go.id




Ekspedisi Takabonerate diharapkan dapat menjadi gaung bagi keindahan taman nasional ini, sehingga dapat menaikkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Takabonerate dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan makna penting pelestarian sumber daya alam hayati, terutama terumbu karang.



November 01, 2012

Where We Stay: Bali: Puri Oka Beach Bungalows

Day 1 - Puri Oka Beach Bungalows

Memutuskan untuk bermalam di daerah Candidasa, kami memilih Puri Oka Beach Bungalows sebagai tempat kami menginap. Sebelumnya, kami telah melakukan reservasi terlebih dahulu, mengingat trip kami dilakukan pada saat peak season.


Room yang kami pilih adalah room dengan tarif paling rendah, yakni Standard Cold Water Room, dengan tarif Rp250.000,-/night.


Fasilitas:

  • Cold water
  • Fan
  • Private bathroom with bathtub
  • Garden view terrace


Review:

  • Letak bungalow berada terlalu jauh di dalam gang kecil, jalanan (gang) menuju bungalow juga gelap pada malam hari karena tidak ada penerangan yang cukup.
  • Kondisi kamar cukup bersih, tetapi saya pribadi, mungkin karena tidak terbiasa, merasa kurang nyaman dengan pintu yang digunakan. Pintu kamar yang digunakan adalah pintu model kuno, kunci dengan menggunakan kayu untuk memalang dari sisi pintu yang satu ke sisi pintu lainnya, tanpa kunci seperti pada pintu-pintu jaman sekarang. Selain itu juga pintu tidak bisa tertutup secara rapat, terdapat celah di tengah, diantara pintu sebelah kiri dan pintu sebelah kanan.
  • Hal-hal kecil seperti colokan listrik juga seharusnya menjadi perhatian pihak pengelola bungalow. Saya sempat kesulitan mencari colokan di dalam kamar. Beberapa hotel memang menempatkan colokan listrik di belakang tempat tidur. Saya mencari colokan keseluruh penjuru kamar termasuk melongo beberapa kali ke belakang tempat tidur dan tetap tidak menemukan colokan listrik. Akhirnya saya bertanya ke resepsionis dan dia mengiyakan bahwa colokan listrik memang berada di belakang tempat tidur. Kembali ke kamar dan kembali memastikan dengan seksama, ternyata colokan listrik memang ada disana dengan keadaan kepala colokan yang seharusnya agak menonjol keluar (tidak rata dengan tembok) ternyata terlepas sehingga hanya tinggal lubang colokan saya. Wajar rasanya jika saya kesulitan mencari colokan tersebut.
  • Nilai plus untuk bungalow ini karena memberikan pemandangan alam yang indah di belakang bungalow. Seperti pada saat saya menginap di Gede Homestay di Lovina, saya sangat menikmati sarapan pagi dengan pemandangan pantai yang sangat indah. Anda juga bisa sunbathing dengan menggunakan kursi santai yang telah disediakan.



Di bagian belakang bungalow juga terdapat kolam renang. Kami lupa menanyakan apakah kolam renang tersebut bebas dipakai oleh semua pengunjung yang menginap, atau hanya hanya oleh pengunjung yang menginap di room tertentu saja -_-*


Daftar menu breakfast di Puri Oka Beach Bungalows:


Saya memilih menu yang sedikit tidak familiar bagi saya:


Kami juga senang dengan set teko teh dan tempat gulanya, karena menurut kamicukup unik. Bagi yang ingin memiliki set teko teh dan tempat gulanya, kami sempat melihatnya dipajang di toko souvenir di depan bungalow.


Puri Oka Beach Bungalows
Jl. Puri Bagus, Candidasa, Bali
Ph. +62363 41092
Fax. +62363 42148
E-mail: info@purioka.com

*for more inormation, visit http://www.purioka.com/