Desember 15, 2011

Menikmati Kedamaian Natural di Mayura Water Palace, Lombok

Lombok memiliki kesamaan dengan Bali. Tidak mengherankan, karena Pulau Lombok pernah dikuasai oleh Kerajaan Bali, tepatnya pada 1744 M. Hal ini masih terlihat pada bangunan-bangunan di Lombok yang masih kental dengan corak Bali, salah satunya adalah Mayura Water Palace, atau disebut juga dengan Taman Air Mayura.

Taman Air Mayura dahulu bernama Taman Istana Kelepug, konon diambil dari suara yang muncul (kelepug-kelepug) karena derasnya air yang keluar dari mata air di tengah kolam dalam taman tersebut.

Pada masa Kerajaan Mataram, pada tahun 1866 Raja Anak Agung Ngurah Karangasem memberikan titah langsung untuk melakukan renovasi taman ini. Tidak hanya bangunan fisik, nama Istana Kelepug pun diganti menjadi Istana Mayura. Kata “mayura” sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti burung merak. Konon, pada masa pemerintahan Raja Anak Agung Ngurah Karangasem, banyak ular berkeliaran di taman istana sehingga mengganggu aktivitas kerajaan. Raja kemudian berinisiatif untuk meminta bantuan sahabatnya yang seorang Pakistan untuk mengusir binatang berbisa tersebut. Ternyata orang Pakistan tersebut menggunakan merak untuk mengusir ular-ular tersebut .

Taman ini terletak di pusat bisnis, tepatnya di Kecamatan Cakranagera, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Letaknya yang strategis serta nilai sejarah yang banyak terkandung di dalamnya menjadikan taman ini sering dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Dari Ibukota Mataram, hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mencapai taman ini.

Bangunan bersejarah ini menawarkan perpaduan suasana antara nuansa alam, atmosfer religius dan sejarah. Kesan pertama yang Anda dapati ketika memasuki taman ini adalah kesan bangunan taman yang mampu menghadirkan kedamaian natural, jauh dari hingar bingar kota.

Istana ini dilengkapi dengan kolam yang ditata sedemikian rupa sehingga menampakkan kesan asri pada taman ini. Di tengah kolam berdiri sebuah bangunan yang disebut Bale Kambang. Ada yang menyebutnya gili (dalam bahasa lokal bermakna pulau kecil) karena keberadaannya di tengah-tengah kolam yang menyerupai pulau kecil di tengah samudera.  Ada yang menyebut bahwa bangunan terapung Bale Kambang dahulu dipakai untuk mengadili suatu perkara pada jaman penjajahan Belanda. Ditengah kolam terdapat patung burung merak dan patung batu manusia yang berwajah Asia Barat. Konon patung itu dibuat sebagai tanda terima kasih Sang Raja kepada sahabat raja dari Pakistan atas idenya untuk memberantas ular dengan memelihara burung merak. Di dalam komplek ini banyak sekali dijumpai pohon manggis berderet rapi yang menambah sejuknya udara di taman.

Beberapa bangunan yang bercirikan Bali serta paduan antara pengaruh Jawa dan Lombok menjadikan Mayura sangat bernuansa religius. Bahkan, menurut penjaga Taman ini, roh utama taman ini adalah sebuah pura yang terletak di hulu kolam. Namun karena luasnya taman, deretan pohon manggis, kolam yang lebar serta letak pura yang di ujung, menjadikan pura ini selalu terlewatkan dari perhatian para pengunjung. Pura tersebut masih menggunakan namanya yang lama “Kelepug” untuk mengingatkan akan nama asli taman ini. Dalam beberapa ritual khusus, pura ini masih tetap difungsikan sebagai tempat pemujaan para dewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar