Maret 09, 2012

Menikmati Keindahan Pura Tanah Lot, Pura Penjaga Laut Bali

Tanah Lot merupakan salah satu objek wisata terkenal di Pulau Bali. Terletak di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, kawasan wisata ini akan mencapai puncak keramaiannya pada sore hari, dimana para wisatawan berbondong-bondong untuk menyaksikan sunset di Tanah Lot yang terkenal keindahannya. Saya memang belum berkesempatan menyaksikan keindahan matahari terbenam di pura ini, tetapi saya sangat menikmati keindahan pura ini.



Pura Tanah Lot hanya berjarak sekitar 30 km dari arah barat Kota Denpasar. Untuk biaya masuk, wisatawan harus membeli tiket masuk dengan harga yang sangat murah, untuk wisatawan lokal hanya Rp7.500/orang, sedangkan untuk wisatawan asing dikenakan biaya sebesar Rp10.000/orang.


Di Tanah Lot terdapat dua pura yang terletak di atas batu besar. Pura pertama terletak di atas bongkahan batu dan pura lainnya terletak di atas tebing. Pura Tanah Lot merupakan bagian dari Pura Sad Kahyangan, yaitu pura yang merupakan sendi-sendi Pulau Bali. Pura Tanah Lot merupakan tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut. Untuk dapat menyeberang ke Pura Tanah Lot bergantung kepada tingkat kedalaman air, jika air sedang pasang maka pengunjung tidak diperkenankan menyeberang. Sayang, para pengunjung tidak diperkenankan memasuki area pura, sehingga pengunjung hanya bisa mengamati pura dari bawah saja.


Wisatawan hanya diperbolehkan menuju tempat air suci di area depan pura, mencuci muka dan meminum air tersebut, kemudian akan ada pengurus pura yang akan memakaikan beras di tengah dahi kita dan memasangkan bunga di telinga kita. Disana juga disediakan tempat bagi para pengunjung yang hendak memberikan uang secara suka rela. Air suci ini sangat unik, karena selain air tersebut terasa tawar walaupun berada di tengah laut, juga berasal dari sumber mata air kecil yang tidak pernah habis.



Menurut legenda, pura ini dibangun oleh seorang Brahmana yang mengembara dari Jawa bernama Dang Hyang Nirartha yang berhasil menguatkan kepercayaan penduduk Bali akan ajaran Hindu dan membangun Sad Kahyangan tersebut pada abad ke-16. Pada saat itu penguasa Tanah Lot, Bendesa Beraben, iri terhadap beliau karena para pengikutnya mulai meninggalkannya dan mengikuti Danghyang Nirartha. Bendesa Beraben menyuruh Dang Hyang Nirartha untuk meninggalkan Tanah Lot. Permintaan Bendesa Beraben kemudian disanggupi oleh Dang Hyang Nirartha. Sebelum meninggalkan Tanah Lot, Dang Hyang Nirartha dengan kekuatannya memindahkan bongkahan batu ke tengah pantai (bukan ke tengah laut) dan membangun pura disana. Ia juga mengubah selendangnya menjadi ular penjaga pura. Ular ini masih ada sampai sekarang dan secara ilmiah ular ini termasuk jenis ular laut yang mempunyai ciri-ciri berekor pipih seperti ikan, warna hitam berbelang kuning dan mempunyai racun 3 kali lebih kuat dari ular kobra. Akhir dari legenda menyebutkan bahwa Bendesa Beraben akhirnya menjadi pengikut Dang Hyang Nirartha.


Selain Pura Tanah Lot, di kawasan Tanah Lot juga terdapat beberapa pura lainnya, misalnya Pura Batu Bolong. Disebut demikian karena pura tersebut berdiri diatas batu karang yang berlubang (bolong) dan menjulur ke laut.


Untuk mencapai Pura Tanah Bolong, dari Pura Tanah Lot kita hanya perlu mengikuti jalan yang sudah ada, melewati pantai dengan karangnya yang indah yang berada di bawah jalan tersebut. Sayang, ada papan larangan untuk tidak turun ke pantai tersebut, walaupun saya melihat ada beberapa pengunjung yang melanggar papan larangan tersebut, turun ke pantai dan mengabadikan keindahan pantai dengan kamera mereka, terpikat oleh keindahan Tanah Lot.

1 komentar: